Senin, 13 Februari 2012

Tensile Test


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang


Kebutuhan akan material yang memiliki kekuatan tinggi semakin bertambah seiring dengan perkembangan dunia industri. Dalam berbagai penggunaan, logam harus disesuaikan dengan sifat-sifatnya.

Salah satu sifat logam yang perlu diketahui adalah sifat kekuatan tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu logam, maka perlu diadakan pengujian yang tepat.

Dengan mengetahui kekuatan tariknya, maka suatu logam dapat digunakan sesuai dengan penggunaannya pada konstruksi mesin.

Dalam pengujian tarik kita mengenal beberapa titik yang dialami material sampai material tersebut putus. Titik-titik ini menentukan batas-batas dari tegangan yang diperoleh dari material tersebut. Batas – batas ini antara lain adalah batas proporsional, batas yielding, batas tegangan ultimate dan batas dimana material mulai putus. Batas-batas inilah yang akan digunakan untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu logam berdasarkan hasil pengujian tarik













1.2      Tujuan dan Manfaat Pengujian

  1. Tujuan Pengujian
    1. Praktikan dapat membuat grafik Tegangan-Regangan
    2. Praktikan dapat menunjukkan daerah luluh, proporsional, ultimate, dan break.
    3. Dapat mengetahui Tegangan regangan teknis dan tegangan regangan sebenarnya
    4. Mengetahui prosedur pengujian
    5. Mengetahui sifat-sifat bahan terhadap beban aksial
    6. Mengetahui pengertian keuletan dan kekuatan

  1. Manfaat Pengujian
    1. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan
    2. Dapat mengklasifikasikan logam dengan mudah berdasarkan sifat-sifatnya.
    3. Mengetahui bahwa ssuatu material memiliki tegangan yang berbeda pada setiap titik, sehingga dapat diramalkan posisi patahnya.
    4. Dapat mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan.
    5. Melihat dengan jelas fenomena yang terjadi pada specimen logam yang sedang ditarik, dimana terjadi peregangan dan reduksi penampang pada saat terjadinya necking.

v  Aplikasi

1.     Suatu industri dapat membuat produk yang berkualitas dengan mengetahui sifat-sifat bahan dari hasil pengujian tarik
2.    Memudahkan suatu industri dalam pengolahan dan perancangan suatu bahan sekaligus menekan biaya produksi.
3.    Pemilihan bahan dapat dilakukan dengan mudah, sesuai data yang telah diperoleh pada uji tarik.





























BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar

Pengertian Tensile Test

Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan panjang yang dialami oleh bahan tersebut.

Tensile test dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dari suatu bahan logan yang diberi beban tarik, sehingga dalam proses uji tarik akan terjadi regangan akibat dari tegangn yang terjadi pada bahan logam tersebut.

Pada proses pengujian kita dapat mengetahui tegangan yang diberikan dan berapa panjang hasil regangan yang terjadi pada bahan, sehingga diketahui panjang sebelum dan setelah pengujian. Selain itu, kita juga dapat mengetahui sifat-sifat logam dan strukturnya.

Dalam setiap uji tarik, dengan beban tarik yang diberikan akan menghasilkan regangan tertentu berdasarkan tegangan yang diberikan. Dari beban tarik yang diberikan, selalu terjadi regangan sampai pada perpatahan. Tegangan yang menentukan batas kemampuan suatu logam terhadap beban tarik, disebut tegangan ultimate. Tegangan ini diperoleh dari grafik tegangan regangan yang diperoleh pada pengolahan data pengujian.




Hukum Hooke , Modulus Elastisitas dan Diagram Tegangan-Regangan

Hukum Hooke menyebutkan bahwa tegangan dan regangan masih berbanding secara proporsional.

Hukum Hooke dinyatakan dalam harga modulus elastisitas yang akan dibahas pada teori selanjutnya.

Dimana ,

                                                                        
Modulus Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan dan merupakan karakteristik dari suatu jenis logam tertentu. Makin besar gaya tarik menarik antar molekul logam tertentu, maka makin besar pula harga modulus elastisitasnya.

Setiap perpanjangan atau perpendekan suatu struktur kristal dalam suatu arah tertentu, karena gaya searah, akan menghasilkan perubahan gaya dimensi dalam arah tegak lurus dengan gaya tarik. Pada gambar berikut terlihat adanya kontraksi dalam arah tegak lurus gaya tarik. Perbandingan negative antara regangan melintang ly dan regangan tarik ez disebut bidang poison v = -ly/ez.

Bahan-bahan mekanik dapat mengalami beban tarik(tekan) dan beban geser bekerja 2 gaya yang sejajar. (lih. Gbr.) Tegangan geser ζ adalah gaya Fs dibagi dengan Lo batas buidang geser  ζ = Fs/As.

Gaya geser menyebabkan adanya pergeseran sudut α regangan geser, γ didefinisikan sebagai tangens sudut α tersebut dan sama dengan (lihat gbr.). Regangan geser elastis sebanding dengan tegangan geser : G = σ/γ , dimana G adalah modulus geser. Modulus geser kekakuan atau modulus geser berbeda dengan modulus elastisitas E. Namun untuk regangan kecil berlaku hubungan E = 2G (1+v).,







sehingga perpanjangan akan berbanding terbalik dengan luas penampang mula-mula. Secara matematis diperoleh Hukum Hooke :




Dalam pengujian tarik, specimen yang digunanakna secara khusus bentuknya menurut standar yang ditetapkan, pengujian ini dilakukan dengan kecepatan pembebanan tidak samaatau kecepatan perpanjangan yang sangat rendah.

Apabila ditarik dengan sebuah beban P, maka specimen akan berubah panjang menjadi (ΔL + Lo). Semakin besar beban maka specimen akan berubah panjangnya menjadi (ΔL + Lo). Semakin besar beban P yang diberikan, maka semakin besar pula perpanjangan yang terjadi dan dalam pengujian ini akan terbentuk diagram dari rata-rata yang diperoleh untuk beberapa beban yang tidak sama.

Tegangan pada titik tersebut disebut titik proporsional yang tertinggi dimana akhir berlakunya hokum Hooke. Apabila beban tarik dip[erbesar, sampai titik B, kemudian beban tarik diperkecil dan diturunkan sampai titik nol, maka perpanjangan specimen akan kembali ke titik semula (Lo) karena pada tekanan tersebut terjadi regangan (ε) yaitu regangan plastis.

Tegangan Pada titik B disusul tegangan elastis yaitu tegangan tertinggi yang belum memberikan regangan plastis, beban plastis tidak akan ditemukan, karena itu besarnya ditentukan dengan yaitu tegangan yang diberikan 0,1 % yaitu

Tegangan maksimum terjasdi bila jbeban telah mencapai titik o dinyatakan yang merupakan tegangan tertinggi yang akan diberikan sebagai tekanan atau reaksi terhadap beban. Regangan akan bertambah terus disertai dengan tegangan dan akhirnya specimen akan patah di F. Tititk ini disebut Break point dan diberi batas σF. Selama pembebanan berjalan dari nol sampai σo, panjang specimen berubah secara seragam menjadi kecil, sedangkan panjang specimen akan bertambah. Di sebelah kanan titik v akan terjadi pengecilan serempak. Pembesaran menjadi tidak seragam lagi, pengecilan setempat itu disebut Necking.

Setelah specimen patah, akan terjadi pergeseran luas atau reduksi penampang yaitu dari



Dimana :

                   A    =  Reduksi Luas Penampang
                   Ao  =  Luas mula-mula
                   Ax  =  Luas pada keadaan x

Diagram tegangan regangan diperoleh pada pengujian tensile dan pertambahan panjang sedara konstan dari batang uji. Tegangan yang memeberikan nilai 0,12 % biasanya disebut tegangan yield. Tegangan maksimal apabila telah mencapai titik U, dinyatakan dengan σu ,yang merupakan tegangan tertinggi yang dapat diberikan sebagai reaksi terhadap beban. Pada waktu pembebanan berlangsung sampai pada terjadi abrasi, energi yang dinyatakan dengan persamaan :




Persamaan ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen persatuan volume yang mengalami tegangan. Usaha ini pula merupakan keuletan dar material tersebut. Tegangan yang sesungguhnya terjadi setelah σ1 adalah bukan σ sehingga :

 


                                          
dimana A1 = luasan sesaat.



Hubungan antara A dan σs  dapat diuraikan sbb :










Berikut ini adalah diagram teganga-regangan beserta penjelasannya.
 
















Keterangan :

  • E  :   Titik elastisitas yaitu kondisi bahan sedemikian sehingga apabila beban
   dihilangkan, maka panjang specimen akan kembali ke posisi semula.
  • P  :    Titik Proporsional, yaitu daerah dimana berlakunya Hukum Hooke.
·         Y : Titik Yield, yaitu titik dimana mulur mulai terjadi deformasi plastis,      perpanjangan dan pengecilan luas penampang.
·         U :  Titik ultimate, merupakan titik dimana terjadi tegangan maksimum yang terjadi pada bahan yang ditarik. Dapat pula disebut tegangan tarik maksimum yang dapat diterima oleh bahan, yang merupakan awal terjadinya necking.
  • B  :   Titik Break, dimana bahan telah putus apabila terus dibebani.

Pada pergeseran yang lebih tinggi, terjadi pergeseran tetap dari atom-atom dalam suatu bahan disamping regangan elastis. Regangan tahap ini tak mampu balik. Pada saat regangan semacam ini diperlukan pada proses pengerjaan bahan. Pada pemakaian pendek, kita selalu menghindarkan terjadinya deformasi plastis sehingga perhitungan desain dilandaskan pada tegangan di daerah elastis (proporsional.
Sifat-Sifat Mekanik Bahan
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Regangan (strain) adalah besar deformasi per satuan panjang. Tegangan (stress) merupakan gaya per satuan luas. Selama deformasi, bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang jarak deformasi. Kekuatan (Strenght) adalah besar gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan. Keuletan (butility) dikaitkan dengan besar regangan permanent sebelum perpatahan. Sedangkan Ketangguhan (roughness) dikaitkan dengan energi yang diserap bahan sampai terjadi perpatahan. Selain itu, dijumppai pula berbagai cara untuk mendefinisikan keuletan dan kekuatan.
Berikut ini adalah table yang mencantumkan beberapa sifat mekanik dari bahan, beserta dengan definisi, besaran dan satuannya :


















Mulur
Mulur merupakan proses peregangan yang lambat. Laju mulur berkisar dari beberapa persen pada tegangan atau suhu tinggi sampai kurang dari 10-4% /jam. Nilai tersebut kecil tetapi harus diingat betapa pentingnya hal ini sewaktu mendesain pembangkit tenaga uap atau reactor nuklir yang dipakai selama bertahun-tahun pada suhu yang tinggi. Mulur juga penting pada turbin gas dan alat-alat yang harus beroperasi pada tegangan dengan suhu tinggi tanpa penyusutan pennampang sehingga tegangan tetap. Karena bilangan poison v berbeda antara 0,25 dan 0,5 nilai G mendekati 35 % dari E.
Modulus Elastic selanjutnya adalah modulus curah , k. Modulus ini adalah kebalikan dari modulus kompabilitas B dan sama dengan ph tekanan hidrostatik, per satuan kompresi volum, Δv/v :

Antara modulus curah dan modulus elastisitas terdapat hubungan :


Modulus elastisitas turun dengan naiknya suhu. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut untuk 4 jenis logam yang sering dijumpai :









Dari gambar berikut terlihat bahwa pemuaian termal menyebabkan turunnya harga dF/dA, dan demikian modulus elastisitasnya turun juga. Diskontinuitas dalam kurva untuk besi pada gambar sebelumnya ditimbulakn oleh adanya perubahan dari struktur butir kps ke struktur kpr pada 9,2 o C. Wajar bahwa polimorf kps dengan tumpukan yang lebih padat memerlukan gaya yang lebih besar untuk struktur kps. Perlu disebut bahwa logam dengan titik cair yang lebih tinggi memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi.
               
Laju mulur bertahap-tahap berlangsung sampai logam putus.

Pada gambar di bawah terlihat hubungan sebagai berikut :

1.         Laju mulur berimbang bertambah dengan meningkatnya suhu dan tegangan
2.        Peregangan putus juga bertambah dengan meningkatnya variable-variabel tertentu.
3.        Waktu patah yang disebabkan oleh tegangan berkurang bila suhu dan gaya meningkat. 












Fatik

Fatik dapat diartikan sebagai keluluhan yaitu merupakan skor logam yang timbul akibat pembebanan yang besar sehingga mengalami perubahan pada sifat logamnya.

Kekuatan tarik dapat dijadikan sebagai pedoman dasar untuk konstruksi yang mengalami perubahan pada sifat logamnya. Kekuatan tarik dapat dijadikan pedoman dasar untuk konstruksi yang mengalami beban tarik listrik. Jumlah static/siklus yang dipikul oleh logam akan turun dengan naiknya variable yang mempengaruhi daya tahan fatik.


1.     Penyelesaian permukaan
Retak fatik kerap kali berawal dari permukaan komponen bekas permesinan atau ketidakpastian lain harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh sekali terhadap fatik. Perlakuan permukaan akan meningkatkan umur fatik.

2.    Frekuensi siklus tegangan
Pengaruh terhadap umur fatik hamper tidak ada walaupun penurunan frekwensi biasanya menurunkan umur fatik.

3.    Temperatur
Kekuatan fatik yang paling tinggi pada temperature rendah dan berkurang secara bertahap.

4.    Tegangan rata-rata
Kondisi fatik dimana tegangan rata-rata tidak besar dari tegangan luluh.


Mekanisme Terjadinya Necking

Necking adalah penyempitan luas permukaan specimen pada saat ditarik atau pada saat perpanjangan. Pembentukan penyempitan setempat pada benda uji mtarik menimbulkan keadaan tegangan tiga sumbu pada daerah penyempitan setempat sebenarnya merupakan takik yang halus.

Takik yang dikenai beban tarikan menghasilkan beban transversal yang radial yang menyebabkan kenaikan nilai tegangan membujur yang diperlukan untuk menghasilkan daerah plastis. Oleh karena itu, tegangan terjadi rata-rata pada daerah penyempitan setempat yang diperoleh dari luas penampang benda uji.

Mekanisme terjadinya necking adalah mula-mula salah satu ujung specimen ditarik sampai mencapai titik proporsionalnya, yaitu daerah diman hokum Hooke masih berlaku, sehingga specimen masih kembali ke panjang semula, lalu beban tarik diperbesar sampai mencapai batas elastisitasnya. Specimen dikembalikan lagi ke titik nol dan panjangnyapun masih dapat kembali ke panjang mula-mula. Ukuran perubahan dimensi harus dipertahankan pada temperature konstan. Bagaimanapun kecilnya, karena kenaikan temperature, sebesar10oC cukup untuk melipatgandakan laju pemutusan sebagian besar logam.
Namun beban tarik diperbesar lagi sampai melewati batas elastisitasnya, maka specimen tidak dapat kembali ke titik semula, beban tarik diperbesar sampai titik yield poin, yakni daerah transisi antara elastis dan plastis. Specimen kembali ditarik hingga akhirnya mencapai titik U yakni tegangan tarik maksimumnya. Pada saat inilah terjadi necking. Di saat melakukan penarikan, necking mulai terbentuk seiring dengan pertambahan panjang, karena itu pada necking terjadilah reduksi penampang dari Ao menjadi Ax pada akhirnya tegangan menurun, regangan bertambah, dan specimen patah. Necking menyebabkan kurva tegangan regangan secara umum tidak dapat naik lagi.
 









                 Necking



                 
                  Jenis-jenis Pembebanan

1)    Beban terpusat
Pada pembebanan ini titik kerja gaya pada batang dapat dianggap berupa satu titik, karena luas kontaknya yang sangat kecil.

2)   Beban Terbagi Rata
Pada pembebanan ini besarnya beban dinyatakan dalam Kg/m2

3)   Beban bervariasi Uniform
Pada pembebanan yang bervariasi secara seragam sepanjang batang, jenis pembebanan dan besarnya beban yang diberikan pada batang menentukan langsung besarnya defleksi yang terjadi.




DISLOKASI

Dislokasi merupakan cacat yang terdapat pada struktur butir material, dimana posisi dari ikatan atom mengalami perubahan susunan yang akan mengakibatkan penurunan kekuatan dari bahan itu sendiri. Adapun dislokasi terdiri dari beberapa macam, yaitu :

a)    Dislokasi titik, diman kekosongan terjadipada titik tertentu, hal ini terjadi karena :
·         Ada atom yang hilang dalam kristal
·         Hasil penumpukan yang salah dalam kristalisasi
·         Akibat energi termal yang meningkat, sehingga atom melompat meninggalkan tempatnya.

b)   Dislokasi garis, merupakan  sisipan satu baris atom tambahan dalam struktur kristal. Disekitar suatu dislokasi garis terdapat daerah yang mengalami tekanan dan tegangan, sehingga terdapat energi tambahan sepanjang dislokasi tersebut.

c)    Dislokasi ulir, menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir. Atom-atom disekitarnya mengalami gaya geser.

d)   Dislokasi butir, terjadi karena adanya gaya tekan dan tegangan yang akhirnya gaya-gaya ini dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Hal ini disebabkan bidang atom bergeser terhadap bidang atom didekatnya yang disebut slip.


































3.4. Data dan Pengolahan Data

  1. Data

Lo        =          190 mm                                   Δ Lp      =          1 mm
Wo      =            19 mm                                   Py           =    20.000 N = 2030,82 Kg
To        =              2 mm                                   Δ Ly      =          4 mm
Lf            =            37 mm                                   Pu           =    22.000 N = 2244,89 Kg
W1         =            16 mm                                   Δ Lu      =       10 mm
T1           =        1,25 mm                                    Pb           =    18.000 N = 1836,73 Kg   
Pp           =          4000 N                                                Δ Lb      =        19 mm

  1. Pengolahan Data

    1. Perhitungan Tegangan Teknik dan Regangan Teknik (Rekayasa)

a)      Batas Proposional
Ø  Tegangan Teknik (Sp)



Ø  Regangan Teknik (eP)



Ø  Reduksi Penampang (Qp)







b)      Batas Yielding

Ø  Tegangan Teknik (Su)



Ø  Regangan Teknik (eu)



Ø  Reduksi Penampang (Qu)







c)      Batas Ultimate

Ø  Tegangan Teknik (Su)



Ø  Regangan Teknik (eu)




Ø  Reduksi Penampang (Qu)






d)     Batas Break

Ø  Tegangan Teknik (Sb)



Ø  Regangan Teknik (eb)



Ø  Reduksi Penampang (Qb)




                                               


e)      Modulus Elastisitas








f)       Modulus Kelentingan

                                       










    1. Perhitungan Tegangan Regangan Sebenarnya (Sejati)
a)      Batas Proposional
Ø  Tegangan Sebenarnya (σp)




Ø  Regangan Sebenarnya (εp)



b)      Batas Yielding
Ø  Tegangan Sebenarnya (σy)




Ø  Regangan Sebenarnya (εy)



c)      Batas Ultimate
Ø  Tegangan Sebenarnya (σu)




Ø  Regangan Sebenarnya (εu)



d)     Batas Break
Ø  Tegangan Sebenarnya (σu)





Ø  Regangan Sebenarnya (εu)


                                                  


e)      Tegangan Sejati Maksimum











    1. Koefisien Anisoptropis Plastis (Anisotropi Normal)
















    1. Ketangguhan Suatu Bahan ( Kemampuan Menyerap energi Pada Daerah
Plastis).
                                                
                                                
                        atau



                                                            



5.   Deformasi Elastis

                      




6.   Deformasi Plastis

                      


BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1              Analisa Hasil Pengujian

Analisa Kondisi  s dan e Spesimen dari Awal Hingga Titik Yielding

Seperti yang telah dijelaskan pada teori dasar, s merupakan tegangan yaitu beban aksial yang diberikan kepada suatu material  untuk satu asatuan luas penampangnya, sedangkan e merupakan regangan yang dialami oleh struktur material yang dikenai beban tersebut.
Titik yielding merupakan titik dimana awal terjadinya peristiwa mulur (creep), dimana laju regangan bergerak lambat akibat adanya fluktuasi tegangan.
Dari grafik tegangan regangan, dapat dilihat bahwa tegangan dan regangan berbanding lurus, namun tidak seterusnya mengalami perbandingan yang proporsional hingga ke titik yielding.
Pada awalnya tegangan dan regangan berbanding proporsional, dimana hokum Hooke masih berlaku, yang ditunjukkan dengan harga Modulus Elastisitas, sbb :

       E = s/e

Hal ini menunjukkan bahwa tegangan dan regangan masih bertambah secara proporsional, karena material masih memiliki sifat elastisitas. Jadi hingga batas ini, material masih berdeformasi plastis.
Namun setelah melewati batas tersebut, pertambahan kedua variable ini mulai menunjukkan harga yang tidak sebanding, dimana laju regangan berlangsung lebih cepat ,sedangkan tegangan bertambah seperti biasanya. Hl ini disebabkan oleh karena material sudah mulai melewati batas elastisnya dan akhirnya mengalami deformasi plastis. Deformasi plastis ini diakibatkan karena adanya dislokasi yang besar, sehingga lebih mempermudah jalnnya laju regangan, walaupun tegangannya tidak bertambah dengan cepat.
Ketika mencapai titik yielding, maka material akan berusaha untuk memberikan reaksi perlawanan terhadap tegangan yang diberikan sehingga tegangan mengalami fluktuasi nilai dan laju regangan melambat. Peristiwa ini dinamakan peristiwa mulur (creep). Pada kondisi ini kenaikan nilai tegangan dan regangan semakin tidak porporsional.
Jadi dapat disimpulakan bahwa kondisi tegangan dan regangan hingga titik yielding tidak seterusnya berbanding lurus secara proporsional, namun halini terjadi pada batas tertentu saja dimana hokum Hooke masih berlaku, dan seterusnya nilai regangan akan melaju dengan lebih cepat sedangkan tegangan tidak menunjukkan kenaikan dengan nilai yang signifikan pula. Hal ini disebabkan karena kondisi material setelah melalui batas proporsional akan semakin melemah akibat adanya dislokasi yang semakin hebat pada material tersebut, sehingga mengakibatkan peregangan yang semakin mudah dari material tersebut.




                     










































4.2 Analisa grafik

ss Vs ee”


















Dari grafik di atas dapat dilihat perbandingan antara tegangan-regangan teknik dengan tegangan regangan sebenarya (ss Vs ee”).
Tegangan-regangan teknik merupakanharga yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian tarik yang dilakukan pada specimen logam. Harga ini dipengaruhi oleh factor-faktor pada saat itu juga, misalnya temperature sekitar dan usia dari material tersebut, dimana :

                                              S= P/A   dan   e = L/DL


Nilai tegangan regangan teknik tentu saja menunjukkan ketangguhan specimen pada saat itu juga.
Sedangkan untuk tegangan regangan sejati, merupakan suatu harga yang sengaja dioleh sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan kondisi specimen yang siap digunakan kelak pada konstruksi mesin, dimana :

   s = s ( e + 1 )  dan  e = Ln ( e + 1 )


Nilai di atas sengaja diperhitungkan untuk mennjaga specimen tersebut dari kemungkinan terburuk yang akan dialami oleh material kelak di lapangan sebagai komponen mesin, dimana kondisi yang dialaminya akan berbeda, misalnya saja temperature dan usianya yang terus bertambah.
Dari sebab itulah dapat terlihat bahwa nilai yang ditunjukkan oelh tegangan regangan sejati lebih besar daripada nilai tegangan regangan teknik, dimana dapat kita lihat bahwa tegangan ultimate yang diperolehnya lebih tinggi daripada tegangan ultimate pada tegangan regangan teknik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perancangannya kelak diperlukan ketangguhan yang sama seperti pada tegangn regangan sejati agar menghindari kemungkinan buruk yang dapat dialami oleh material dari specimen.








































BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1              KESIMPULAN

1)            Diagram Tegangan-Regangan merupakan diagram yang menunjukkan perbandingan antara kenaikan tegangan dan regangan yang dialami oleh specimen yang telah diuji tarik.
2)            Daerah luluh merupakan daerah dimana creep terjadi, daerah proporsional merupakan daerah dimana hokum Hooke masih berlaku, titik Ultimate merupakan titik yang menunjukkan tegangan maksimum , dan titik break merupakan titik dimana material telah patah.
3)            Tegangan regangan teknik merupakan tegangan regangan ideal sedangkan tegangan regangan sejati merupakan nilai actual dari tegangan regangan.
4)            Apabila suatu material dikenai beban aksial, maka sifat sifat yang akan dipengaruhinya, yaitu keuletan, kekuatan, elastisitas, ketangguhan, dsb.
5)            Keuletan merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu material dimana menunjukkan kemampuannya dalam menahan perpatahan, sedangkan kekuatan merupakan kemampuan suatu material dalam menahan tegangan yang diberikan.


5.2              SARAN

1)            Praktikum dan proses asistensi telah berjalan dengan baik, harap dipertahankan.





















                                 
DAFTAR PUSTAKA

Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
                                       Erlangga, Jakarta.


















































           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar