BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
perkembangan dunia industri terutama yang berhubungan dengan masalah pemilihan
bahan dan penggunannya, maka dalam proses produksinya banyak hal atau kriteria
yang harus dipenuhi agar material tersebut dapat digunakan dalam dunia
industri.
Untuk
penggunaan sebagai bahan industri sifat-sifat khas dari material logam harus
diketahui, sebab logam tersebut akan digunakan untuk berbagai untuk berbagai
macam keperluan dan berbagai macam keadaan. Sifat logam tersebut meliputi sifat
mekaniknya, sifat-sifat termal, sifat kimia, kemampuan di mesin, kemampuan
kerasan dan lain-lain. Adapun dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat
mekanik dari logam terutama sifat kekerasannya.
Kekerasan
didefenisikan sebagai tahanan yang dilakukan oleh bahan terhadap desakan
kedalam yang tetap, disebabkan oleh sebuah alat pendesak dengan bentuk tertentu
dibawah pengaruh gaya
tertentu, suatu hasil desakan yang kecil penunjukan kekerasan yang besar.
Dengan
mengetahui tingkat kekerasan logam maka dapat diketahui suatu logam yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi atau nilai ekonomis yang rendah, dalam
industri juga sangat diperlukan untuk menghemat biaya pemeliharaan atau
penggantian bahan.
Kekerasan
suatu bahan erat hubungannya dengan kekuatan bahan hubungan keduanya yaitu
semakin keras suatu bahan tersebut akan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
1. 2 Tujuan dan Manfaat Pengujian
Adapun Tujuan dari Percobaan ini meliputi:
A.
Tujuan
Instruktual Umum (TIU):
1.
Mengetahui
pengaruh elastik recovery terhadap kekerasan beban.
2.
Mengetahui
distribusi kekerasan pada bahan mampu keras
3.
Memberikan
contoh aplikasi di lapangan.
B.
Tujuan
Instruksional Khusus (TIK):
1.
Menjelaskan
definisi, tujuan dan prosedur pengujian kekerasan.
2.
Menentukan
nilai kekerasan logam dengan cara penekanan
3.
Membua
grafik hubungan gaya terhadap waktu penekanan
4.
Membuat
grafik hubungan kedalaman penekanan terhadap waktu.
5.
Mengetahui
hubungan kekerasan pada setiap proses perlakuan panas.
Adapun Manfaat dari Pengujian:
A.
Manfaat
pengujian bagi praktikan:
-
Mengetahui
hasil pengerasan logam yang telah mengalami pengujian kekerasan.
-
Mengetahui
perbedaan antara pengujian kekerasan Brinell dengan Vickers.
-
Dapat
melakukan perhitungan pada suatu bahan yang telah melakukan pengujian
kekerasan.
B.
Manfaat
pengujian bagi dunia industri:
-
Dapat
menentukan tingkat kekerasan suatu produk yang digunakan dalam industri
-
Dapat
menentukan unsur dari logam untuk digunakan dalam pembuatan produk.
-
Memudahkan
dalam pemliharaan bahan yang akan digunakan pada proses pemeliharaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
Kekerasan
adalah suatu sifat dari bahan logam yang sangat penting karena banyak sifat
lain dari bahan logam yang berhubungan dengan kekerasan. Kekerasan ini adlaah
suatu kemampuan dari bahan untuk menahan sdeformasi plastik yang terjadi atau
perbedaan dari bahan terhadap bentuk tetap. Kekerasan berhubungan dengan
kekuatan, oleh karena itu dalam hal kekerasan suatu bahan dengan angka-angka
sudah menggambarkan kekuatan tersebut.
Kemampuan
suatu logam akan meningkat apabila kekerasan semakin meningkat, sementara kekerasan
itu sendiri dipengaruhi oleh media pendingin. Pada umumnya ada 3 cara pengujian
kekerasan, yaitu:
(a)
Cara Pengoresan
Dilakukan dengan jalan menggoreskan
bahan yang lebih keras terhadap bahan yang lebih lunak. Cara ini dikenal dengan
Hocks-Mocks. Membuat skala yang terdiri dari sepuluh standar. Mineral-mineral
yang disusun menurut kekerasan atau kemampuan mulai dengan bahan terkeras yaitu
intan kebahan yang lebih lunak.
(b)
Cara Dinamik
Dilakukan dengan jalan menjatuhkan bola baja ke
permukaan logam dimana tinggi pantulan bola menyatakan energi pantulan sebagai
ukuran. Kekerasan cara ini disebut Share shereskop.
(c)
Cara Penekanan
Merupakan cara umum dari pengujian kekerasan
logam yang termasuk cara ini adalah cara Brinell, Vickers, dan cara Rockwell.
1. Cara Brinell
Yaitu
dengan cara menekankan bola baja pada logam, dengan suatu bahan tertentu pada
waktu baja ditekankan pada permukaan
logam, maka akan tampak bekas penekanan berupa sebagian dari bola baja. Diameter bekas penekanan diukur teliti
dengan mikroskop kekerasan Brinell diperoleh dengan perhitungan beban dibagi
dengan luas penampang bekas penekanan.
Dimana:
HB
= Kekerasan Brinell
P = Beban
D = Diameter Bola Baja
D = Diameter Bekas Penekanan
2. Cara Vickers
Yaitu
menggunakan intan sebagai pengganti bola baja, dengan demikian untuk
bahan-bahan keras yang dijui dengan tidak ada penyimpangan seperti halnya cara
Brinell, sudut yang dibentuk oleh dua
bidang dari piramida pada bekas penekanan yaitu:
. . . . . . . . .. . . . . (cm)
Harga kekerasan adalah : 1,854 P/d2
. . . . . . . . . (Kg/mm2)
Dimana:
P = Beban (Kg)
d = Panjang rata-rata dari baris yang
menghubungkan sudut-sudut diatas piramida bekas penekanan pada bidang permukaan
3. Cara Rockwell
Prinsip
kekerasan logam didasarkan pada dalamnya atau dangkalnya bekas penekanan
kerucut atau bola baja yang masuk pada logam dengan < bentuk tertentu. Kerucut intan dan bola baja yang sering
digunakan adalah dengan diameter = 1/6, 1/8, ¼, dan ½ inchi. Makin keras suatu logam yang akan
dijui maka semakin dangkal masuknya bola baja atau kerucut baja. Begitu pula
sebaliknya, karena pengukuran dalamnya penekanan terbatas pada kemampuan alat
dan mengingat segi-segi praktis lainnya. Maka dibuat segi dari skala yang
disebut skala A, B, dan C.
ì Skala A
Digunakan
pada pengukuran kekerasan logam yang sangat keras dengan menggunakan kerucut
intan dengan beban 60 Kg.
ì Skala B
Digunakan
pada pengukuran kekerasan logam agak lunak dengan menggunakan bola baja
berukuran 1/16 inchi dengan beban 100 Kg.
ì Skala C
Digunakan
pada pengukuran kekerasan logam yaitu yang telah dikeraskan dengan menggunakan
kerucut intan dengan penekanan 150 Kg.
Keuntungan Dan Kerugian Metode Penekanan
1.
Brinell
J Keuntungan:
Dengan
bekas penekanan yang besar, kekerasan rata-rata dari bahan yang tidak homogen
dapat ditentukan.
J Kerugian:
a. Benda kerja dalam beberapa keadaan tidak
dapat digunakan karena besarnya besar penekanan.
b. Penentuan kekerasan memerlukan waktu yang
banyak oleh karena mengukur garis tengah besar tekanan dan menekan peluru
adalah dua pelaksanaan yang terpidah.
2. Rockwell
J Keuntungan:
a. Dengan kerucut intan dapat diukur
kekerasan baja yang disebuk keras.
b. Dengan bekas tekanan yang kecil
kerusakan benda kerja lebih kecil.
J Kerugian:
Dengan
bekas penekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat ditentukan
untuk bahan yang tidak homogen.
2.
Vickers
J Keuntungan:
a. Dengan
adanya penekanan pada benda yang sama kekerasan dapat ditentukan tidak hanya
untuk bahan lunak tetapi juga untuk bahan yang keras.
b. Pengukuran
kekerasan lebih teliti.
c. Kekerasan
benda yang amat tipis atau lapisan permukaan benda yang tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang
kecil.
J Kerugian:
Penentuan
kekerasasan membutuhkan banyak waktu karena penekanan piramida dan pengukuran
diagonal bekas tekanan dalah 2 pelaksanaan yang terpisah.
Penurunan Rumus
a) Cara Brinell
Dik:
r
= D/2; z = d/2
x2
= (D/2)2 – (d/2)2 = ¼ (D2-d2)
y
= r – x
Luar
½ Bola (A’):
Luas
Penekanan:
Harga Kekerasan Brinell:
b) Cara Vickers
Perhatikan bidang alas ABCD dari intan
yang berbentuk bujur sangkar didapat:
AB = BC = AC Cos 45o
=
PQ = ½ AB =
OP
=
Luas
sebuah bidang penekanan:
BOC = ½ BC.OR ---à OR = OP
=
Maka
luas bidang penekanan:
A
= 4BOC
Sehingga diperoleh nilai kekerasan:
HV = P/A
JENIS-JENIS PENGERASAN
1.
Pengerasan Permukaan
Adanya beberapa cara untuk melakukan penerasan
permukaan yaitu:
J Karburasi
Cara
ini sudah lama dikenal oleh orang sejak dahulu. Dalam cara ini, besi dipanaskan
diatas suhu dalam lingkukngan yang mengandung karbon, baik dalam bentuk padat,
cair, ataupun gas. Beberapa bagian dari karburasi yaitu: karburasi padat,
karburasi cair, dan karburasi gas.
J Karbonitriding
Adalah suatu proses pengerasan [permukaan
dimana baja dipanaskan diatas suhu kritis didalam lingkungan gas yang terjadi
penyerapan karbon dan nitrogen.
J Cyaniding
Adalah proses dimana terjadi absorbsi karbon
dalam nitrogen untuk memperoleh permukaan yang keras pada baja karbon rendah
yang sulit dipanaskan.
J Nitriding
Adalah proses pengerasan permukaan yang
dipanaskan sampai + 510OC didalam lingkungan gas amonia
selama beberapa waktu.
2. Pengerasan Induksi
Penggunaan aru listrik untuk pencairan
logam, penerasan dan perlakuan panas lainnya. Arus bolak-balik berfrekuensi tinggi berasal dari
pembangkit, konventer merkuri, osilator spark atau asilator tabung. Frekueni
pada umumnya tidak melebihi 500.000 Hz untuk benda yang tipis digunakan
frekuensi tingg, sedangkan untuk benda-benda berukuran sedang atau tebal
digunakan frekuensi rendah.
3.
Pengerasan Nyala
Dasar pengerasan nyala adalah sama dengan pengerasan induksi yaitu
pemanasan yang cepat disusul dengan pencelupan permukaan, tebal lapisan yang
mengeras tergantung pada kemampuan pengerasan bahan. Karena selama proses penerasan tidak ada
penambahan unsur-unsur lainnya. Pemanasan dilakukan dengan nyala oksiasilaen
yang dibiarkan memanasi permukaan logam sampai mencapai suhu kritis. Pada alat
dipanaskan aliran air pendingin sehingga seera setelah suhu yang diinginkan
tercapai , permukan langsung disemprot dengan ai. Bila dikendalikan dengan
baik, bagian dalam tidak berpengaruh. Tebal lapisan yang keras tergantung pada
waktu pemanasan pada suhu nyala.
4.
Pengerasan Endapan
Pengerasan endapan hanya dapat
diterapkan pada paduan dimana daya larut suatu komponen berkurang dengan
menurunnya suhu. Paduan dipanaskan beberapa lama sehingga terbentuk paduan yang
homogen kemudian didinginkan dengan cepat sampai suhu ruang.
Paduan
masih berupa larutan padat yang lewat jenuh, suatu keadaan tidak stabil, Al2Cu
akanmulai mengendap bila dibiarkan pada suhu ruang. Proses ini disebut proses
pengerasan sepuh alamiah. Partikel
yang mengendap dari larutan padat terbentuk pada batas butir dan bidang geser,
menghasilkan hambatan sehingga pergeseran atau slip antar partikel/kristal
berkurang. Kekerasan akan berkurang dan bertambah dengan semakin berkurangnya
atau bertambahnya besar partikel diiringi meningkatnya kerapuhan dan
berkurangnya kekuatan.
Uji Kekerasan Mikro
Pengukuran
gradien kekerasan pada permukaan yang dikarburasi, pengukuran kekerasan
kandungan tunggal pada struktur mikro atau penentuan kekerasan pada roda gigi
merupakan contoh-contoh uji kekerasan mikro.
Pengembangan
penumbuk mikro oleh biro standar rasional dan pengukuran uji tekan untuk
mengontrol permukaan penekanan beban dan menyebabkan penggunaan kekerasan mikro
merupakan kegiatan laboratorium yang rutin. Penumbukan knop adalah intan yang
kasar dan dibentuk dengan perbandingan diagonal panjang dan pendek (T=t). Angka
kekerasan knoop (KHN) adalah beban dibagi luas proyeksi kekerasan yang tidak
akan kembali kebentuk semula.
KHN
= F/AP = P/L2C
Dimana:
P = Beban yang diterapkan
AP = Luas proyeksi
F = Gaya yang diberikan
L = Panjang diagonal indentor
C = Konstanta Indentor (0,07028)
Kekerasan Meyer
Meyer
engajukan definisi kekerasan yang lebih rasional ibandingkan dengan yang
diajarkan Brinell yang didasarkan pada luas proyeksi retak, buakn keras
permukaannya. Tekanan
rata-rata antara luas penumbuk atau lekukan adalah sama beban luas proyeksi
lekukan.
Meyer
mengemukakan bahwa kekerasan/tekanan rata-rata ini dapat diambil sebagai ukuran
kekerasan dan dinamakan kekerasan Meyer.
Kekerasan
Meyer mempunyai satuan Kg/mm2, kekerasan kurang peka terhadap bahan
yang diterapkan dibanding kekerasan Brinell. Untuk bahan-bahan yang mengalami
pekerjaan dingin kekerasan Meyer pada dasarnya tetap, sedangkan kekerasan
Brinell akan mengecil bila beban bertambah. Karena lekukan yang terjadi
mengakibatkan kekerasan renggang.
Cara-cara Meningkatkan Kekerasan
a.
Perlakuan Panas
Kekerasan dapat diperoleh
dengan melakukan perlakuan panas yang disertai perdinginan yang cepat.
Pemanasan diatas suhu kritis kemudian disusul pendinginan yang cepat akan membentuk
fasa Martensit yang bersifat sangat keras dan getas.
b.
Penambahan Unsur Paduan
Unsur paduan karbon paling
banyak digunakan untuk meningkatkan kekerasan baja. Unsur karbon memiliki sifat
sebagai pengikat molekul logam, sehingga penambahan karbon dapat meningkatkan
ikatan antar molekul sehingga mengakibatkan baja tersebut kuat, tetapi
menurunkan keuletan.
Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Kekerasan
Ada tiga fungsi pokok unsur-unsur paduan:
a) Sebagai subsitusi atom besi dalam larutan padat atau dalam sementit
untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan, dan ketangguhan. Selain itu elemen
paduan dapat dimanfaatkan guna membatasi pertumbuhan butir dan kristal selama
proses transformasi atau perlakuan panas. Unsur lain ditambahkan untuk mengikat
kotoran dan ketidakmurnian dalam besi seperti belerang atau nitrogen.
b) Untuk menjamin terbentuknya Martensit pada laju pendinginan yang lebih
rendah daripada laju pendinginan celup air panas dari tengah logam dapat
merambat kepermukaan dengan kecepatan tertentu dan bila bentuk benda tak
teratur. Laju pendinginan dipusat logam terlalu lambat untuk menjamin
terbentuknya Martensit. Sejumlah kecil unsur paduan (kurangdari 5%) seperti
krominium, nikel, Moliblin, dan Varadium. Khususnya bila dalam kombinasi
tertentu dapat mendorong pembentukan struktur martensit dipusat benda unsur
paduan yang memiliki fungsi ini disebut unsur yang dapat meningkatkan
kemampukerasan baja.
c) Untuk membentuk karbida yang
lebih keras dan tahan aus dari pada sementit (Fe3C) dan disamping itu, untuk
mengatur penemperan martensit. Turunnya kekerasan baja karbon tanpa paduan
terjadi antara suhu 300oC dan 400 oC, tetapi pada baja
yang mengandung Tungston, Khrom, kobalt, dan Varadium, penurunan kekerasannya
akan terjadi di sekitar suhu 650 oC. Ini berarti bahwa baja paduan
jenis ini dapat dipergunakan untuk perkakas pemesinan berkecepatan tinggi. Pada
prose ini perkakas dapat mengalami pemanasan setempat.
Kurva Kekerasan Vs Kadar Karbon
Gambar
tersebut memperlihatkan nilai maksimum dari kekerasan dengan meningkatnya kadar
karbon dalam baja. Nilai karbon mempengaruhi kekerasan, niali kekerasan
maksimum ini hanya diperoleh apabila terbentuk 100% Martensit. Baja yang
bertransformasi dengan cepat dari austenit menjadi ferit plus karbida mempunyai
kemampukerasan rendah karena terbentuk (α + E) dan bukan martensit. Sebaliknya,
baja yang bertransformasi sangat lambat dari austenit menjadi ferit plus
karbida memiliki kemampukerasan yang tinggi dan kekerasan yang lebih tinggi
dapat dicapai dipusat sepotong baja meskipun pada bagian ini laju
pendinginannya lebih lambat.
Kurva Kekerasan Vs Temperatur
Hubungan antara kekerasan
dengan temperatur adalah makin tinggi suhu pemanasan maka bahan akan semakin
lunak karena suhu yang tinggi tersebut menyebabkan jarak molekul akan semakin
merenggang, sehingga daya ikat berkurang, dengan semakin rendahnya daya ikat
antar molekul, maka bahan tersebut akan semakin ulet dan lunak. Begitupun
sebaliknya, temperatur yang rendah mnyebabkan terbentuknya fasa martensit yang
mempengaruhi sifat bahan dimana semakin keras dan getas.
Jenis-jenis Karburasi
1. Karburasi Padat (Fack Carburizine)
Adalah suatu cara
karburasi yang sudah dikenal cukup lama. Bahan diasumsikan dalam kotak tertutup
dan ruangan disi dengan arang katu atau kokas. Prosesnya memakan waktu cukup
lama dan banayk diterapkan untuk memperoleh lapisan yang tebal diantara 0,75
hingga 4 mm.
2. Karburasi Gs (Gas Carburizine)
Antara lain dapat
digunakan gas alam atau hidrokarbon atau propan (gas karbit). Cara ini
diterapkan untuk karburasi bagian-bagian yang kecil yang dapat dicelupkan
langsung setelah pemanasan dalam kapur. Untuk memperoleh lapisan yang lebih tipis
antara 0,10 sampai 0,75 mm, digunakan cara ini.
3. Karburasi Cair (Liquid Carburazine)
Baj dipanaskan diatas
suhu AC dalam dapur garam Cyanidasehingga karbon dan sedikit nitrogen dapat
berdifusi ke dalam lapisan luar. Proses ini ,mirip dengan proses Cyanida, hanya
disini kulit luar mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi dari kadar nitrogen
yang lebih rendah. Karburasi cair dapat digunakan untuk membentuk lapisan
setebal 6,35 mm, meskipun umumnya lapisan tidak melebihi 0,64 mm. Cara ini baik untuk pengerasan permukaan
benda yang berukuran kecil dan sedang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekerasan
1. Kadar Karbon
Baja merupakan
hasil paduan antara Fe (Besi) dengan karbon yang relatif lebih lunak. Semakin
tinggi kadar karbon yang dikandung maka baja tersebut akan semakin keras dan
getas. Namun dibalik tingginya kadar karbon yang dimiliki akan menyebabkan
keuletan suatu logam akan menurun.
2. Media Pendingin
Media pendingin
sangat berpengaruh terhadap struktur mikro suatu logam. Pada saat logam telah
mengalami pemanasan, media pendingin dengan kecepatan pendingin yang cepat akan
menghasilkan kerja yang keras. Namun baja yang keras akan menyebabkan turunnya
keuletan baja tersebut.
3. Temperatur Pemanasan
Temperatur
pemanasan dalam tungku akan mempengaruhi struktur yang terbentuk, dimana tinggi
suhu pemanasan akan menyebabkan terbentuknya strukturil yang lunak karena jaraj
antara molekul semakin renggang sehingga menjadi lunak.
4. Debit
Semakin besar volume massa media pendingin, amak semakin cepat
proses pendinginannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena panas
yang dapat diserap oleh media pendingin atau fluida akan lebih banayk
dibandingkan volume yang kecil.
Macam-macam Unsur Paduan dan
Pengaruhnya Pada Kekerasan
Pada pengerasan logam,
salah satu cara yang biasa dilakukan adalah dengan menambahkan unsur-unsur
paduan seperti:
a. Chrom (Cr) dapat menambah kekuatan tarik dan meningkatkan ketahanan
terhadap korosi dan suhu tinggi.
b. Mangan (Mn) menambah kekuatan dan elastisitas, kekerasan dan keuletan.
c. Silikon (Si) menambah kekuatan, ketahanan, terhadap asam pada suhu
tinggi dan ketahanan listrik.
d. Nikel (Ni) meningkatkan sifat mekanis keuletan, kemampukerasan dan
mengurangi sifat magnit, tahanan asam.
e. Molibden dan Wolfram, menambah kekuatan dan kekerasan terutama pada
suhu tinggi.
Perbedaan antara
Pengerasan Induksi dan Pengerasan Nyala
a. Pengerasan Nyala:
- Pada pengerasan ini, digunakan arus listrik untuk pencairan
logam, pengerasan, dan perlakuan panas lainnya.
- Proses pengerasannya lebih cepat, bahkan untuk memanaskan baja
sampai kedalaman 3,2 mm hanya diperlukan beberapa detik saja.
b. Pengerasan Nyala
- Pada pengerasanini, digunakan nyala oksiasitilen yang dibiarkan
memanasi permukaan logam sampai emncapai titik kritis.
- Proses pengerasannya agak lebih lama daripada pengerasan induksi.
BAB III
PENGUJIAN
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan:
A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah baja dengan
ukuran:
-
panjang
= 12,5 mm
-
diameter
= 9mm
Spesimen sebelumnya telah melalui proses perlakuan panas dan kemudian
melalui pendinginan air garam, air, udara, oli, dan tungku.
B. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan yaitu:
-
Kikir,
gunanya untuk meratakan permukaan benda uji.
-
Amplas,
gunanya menghaluskan permukaan benda uji.
-
Alat
penguji kekerasan Brinell, Rockwell, Vickers.
-
Catok,
gunanya menjepit benda kerja pada saat dikikir.
3.2 Prosedur pengujian
1. Menyiapkan spesimen yang telah diberi
perlakuan panas dengan dimensi yang telah digunakan.
2. Bahan
uji diratakan permukaannya dengan alat kikir dan amplas.
3. Bahan
uji diletakkan di atas landasan pada alat penekan.
4. Landasan
dinaikkan sehingga permukaan spesimen bersentuhan dengan uung dari kerucut dan
kemudian mengatur jarum skala penunjukan sampai pada posisi nol lalu diberi
beban.
5. Pengukuran
bekas penekanan dapat dibaca langsung pada skala dan dicatat pada tabel yang
tersedia.
6. Mengulangi langkah diatas untuk
setiap bahan uji dengan media pendingin yang lain.
3.3 Data dan Pengolahan Data:
A. Data:
P = 150 g
D = 10 mm
F = 150 x 9,81 = 1471,
5 N
B. Pengolahan Data:
1. Pengolahan
data untuk spesimen yang dipanaskan sampai 800oC dengan media
pendingin air garam.
a. Kekerasan Brinell
h
= (130 – HRB) x 0,002
=
(130 – 84) x 0,002
=
0,092 mm
c
= 0,6
t = c + h
=
0,6 + 0,092
=
0,692
HB
= = = 67, 72 N/mm2
b.
Kekerasan Vickers
HV = 230 + ( 98 – 96,7 ) (240-230/98.1 – 96,7)
=
230 + (1,3)(7,14)
=
239,28 Kg/mm2
c.
Kekerasan Rockwell
HR
= P2 = 98
H = (100
– HRC) x 0,002
=
(100 – 98 ) x 0,002
=
0,004
2. Pengolahan data untuk spesimen
yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin air.
a. Kekerasan Brinell
h = (130 – HRB)
x 0,002
= (130 – 81) x
0,002
= 0,098 mm
c = 0,6
t = c + h
= 0,6 + 0,098
= 0,698
HB
= = = 67, 14
N/mm2
b. Kekerasan Vickers
HV = 180 + ( 89 – 87.1 ) (190-180/89.5 – 87.4)
=
180 + (1,9)(4,16)
= 187,904 Kg/mm2
c.
Kekerasan Rockwell
HR
= P2 = 89
H = (100
– HRC) x 0,002
=
(100 – 89 ) x 0,002
=
0,022
3. Pengolahan data untuk spesimen
yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin udara.
a. Kekerasan Brinell
h = (130 – HRB)
x 0,002
= (130 – 79) x
0,002
= 0,102 mm
c = 0,6
t = c + h
= 0,6 + 0,102
= 0,702
HB
= = = 66, 76
N/mm2
b. Kekerasan Vickers
HV = 200 Kg/mm2
c.
Kekerasan Rockwell
HR
= P2 = 95
h =
(100 – HRC) x 0,002
=
(100 – 95 ) x 0,002
=
0,01
4. Pengolahan data untuk spesimen
yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin oli.
a. Kekerasan Brinell
h = (130 – HRB)
x 0,002
= (130 – 77) x
0,002
= 0,106 mm
c = 0,6
t = c + h
= 0,6 + 0,106
= 0.706
HB
= = = 66, 38
N/mm2
b. Kekerasan Vickers
HV = 150 + ( 79 – 78,7 ) (160-150/81,7 – 78,7)
=
150 + (0,3)(9.63)
=
152.88 Kg/mm2
c.
Kekerasan Rockwell
HR
= P2 = 79
H = (100
– HRC) x 0,002
=
(100 – 79 ) x 0,002
=
0,042
5. Pengolahan data untuk spesimen
yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin tungku.
a. Kekerasan Brinell
h = (130 – HRB)
x 0,002
= (130 – 65) x 0,002
=
0,13 mm
c
= 0,6
t =
c + h
= 0,6 + 0,13
= 0,73
HB
= = = 64, 19
N/mm2
b.
Kekerasan Vickers
HV = 120 + ( 71 – 66,7 ) (130-120/71.2 – 66,7)
=
120 + (4,3)(2,22)
=
129.546 Kg/mm2
c.
Kekerasan Rockwell
HR
= P2 = 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar