Senin, 13 Februari 2012

hardness test


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
         Dalam perkembangan dunia industri terutama yang berhubungan dengan masalah pemilihan bahan dan penggunannya, maka dalam proses produksinya banyak hal atau kriteria yang harus dipenuhi agar material tersebut dapat digunakan dalam dunia industri.
         Untuk penggunaan sebagai bahan industri sifat-sifat khas dari material logam harus diketahui, sebab logam tersebut akan digunakan untuk berbagai untuk berbagai macam keperluan dan berbagai macam keadaan. Sifat logam tersebut meliputi sifat mekaniknya, sifat-sifat termal, sifat kimia, kemampuan di mesin, kemampuan kerasan dan lain-lain. Adapun dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat mekanik dari logam terutama sifat kekerasannya.
         Kekerasan didefenisikan sebagai tahanan yang dilakukan oleh bahan terhadap desakan kedalam yang tetap, disebabkan oleh sebuah alat pendesak dengan bentuk tertentu dibawah pengaruh gaya tertentu, suatu hasil desakan yang kecil penunjukan  kekerasan yang besar.
         Dengan mengetahui tingkat kekerasan logam maka dapat diketahui suatu logam yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi atau nilai ekonomis yang rendah, dalam industri juga sangat diperlukan untuk menghemat biaya pemeliharaan atau penggantian bahan.
         Kekerasan suatu bahan erat hubungannya dengan kekuatan bahan hubungan keduanya yaitu semakin keras suatu bahan tersebut akan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
















1.      2  Tujuan dan Manfaat Pengujian

      Adapun Tujuan dari Percobaan ini meliputi:

A.    Tujuan Instruktual Umum (TIU):
1.      Mengetahui pengaruh elastik recovery terhadap kekerasan beban.
2.      Mengetahui distribusi kekerasan pada bahan mampu keras
3.      Memberikan contoh aplikasi di lapangan.

B.     Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
1.      Menjelaskan definisi, tujuan dan prosedur pengujian kekerasan.
2.      Menentukan nilai kekerasan logam dengan cara penekanan
3.      Membua grafik hubungan gaya terhadap waktu penekanan
4.      Membuat grafik hubungan kedalaman penekanan terhadap waktu.
5.      Mengetahui hubungan kekerasan pada setiap proses perlakuan panas.

      Adapun Manfaat dari Pengujian:

A.    Manfaat pengujian bagi praktikan:
-          Mengetahui hasil pengerasan logam yang telah mengalami pengujian kekerasan.
-          Mengetahui perbedaan antara pengujian kekerasan Brinell dengan Vickers.
-          Dapat melakukan perhitungan pada suatu bahan yang telah melakukan pengujian kekerasan.

B.     Manfaat pengujian bagi dunia industri:
-          Dapat menentukan tingkat kekerasan suatu produk yang digunakan dalam industri
-          Dapat menentukan unsur dari logam untuk digunakan dalam pembuatan produk.
-          Memudahkan dalam pemliharaan bahan yang akan digunakan pada proses pemeliharaan.


























BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar

Kekerasan adalah suatu sifat dari bahan logam yang sangat penting karena banyak sifat lain dari bahan logam yang berhubungan dengan kekerasan. Kekerasan ini adlaah suatu kemampuan dari bahan untuk menahan sdeformasi plastik yang terjadi atau perbedaan dari bahan terhadap bentuk tetap. Kekerasan berhubungan dengan kekuatan, oleh karena itu dalam hal kekerasan suatu bahan dengan angka-angka sudah menggambarkan kekuatan tersebut.
Kemampuan suatu logam akan meningkat apabila kekerasan semakin meningkat, sementara kekerasan itu sendiri dipengaruhi oleh media pendingin. Pada umumnya ada 3 cara pengujian kekerasan, yaitu:

(a)                                                               Cara Pengoresan
                                                            Dilakukan dengan jalan menggoreskan bahan yang lebih keras terhadap bahan yang lebih lunak. Cara ini dikenal dengan Hocks-Mocks. Membuat skala yang terdiri dari sepuluh standar. Mineral-mineral yang disusun menurut kekerasan atau kemampuan mulai dengan bahan terkeras yaitu intan kebahan yang lebih lunak.

                                          (b) Cara Dinamik
                                                            Dilakukan dengan jalan menjatuhkan bola baja ke permukaan logam dimana tinggi pantulan bola menyatakan energi pantulan sebagai ukuran. Kekerasan cara ini disebut Share shereskop.

                                          (c) Cara Penekanan
                                                            Merupakan cara umum dari pengujian kekerasan logam yang termasuk cara ini adalah cara Brinell, Vickers, dan cara Rockwell.


1.      Cara Brinell

                  Yaitu dengan cara menekankan bola baja pada logam, dengan suatu bahan tertentu pada waktu  baja ditekankan pada permukaan logam, maka akan tampak bekas penekanan berupa sebagian dari bola baja. Diameter bekas penekanan diukur teliti dengan mikroskop kekerasan Brinell diperoleh dengan perhitungan beban dibagi dengan luas penampang bekas penekanan.

                             

Dimana:
               HB = Kekerasan Brinell
               P    = Beban
               D            = Diameter Bola Baja
               D            = Diameter Bekas Penekanan

2.      Cara Vickers

                  Yaitu menggunakan intan sebagai pengganti bola baja, dengan demikian untuk bahan-bahan keras yang dijui dengan tidak ada penyimpangan seperti halnya cara Brinell, sudut  yang dibentuk oleh dua bidang dari piramida pada bekas penekanan yaitu:

                                  . . . . . . . . .. . . . . (cm)
Harga kekerasan adalah : 1,854 P/d2  . . . . . . . . . (Kg/mm2)
Dimana:
               P    = Beban (Kg)
               d    = Panjang rata-rata dari baris yang menghubungkan sudut-sudut diatas piramida bekas penekanan pada bidang permukaan
              
              

3.      Cara Rockwell

                     Prinsip kekerasan logam didasarkan pada dalamnya atau dangkalnya bekas penekanan kerucut atau bola baja yang masuk pada logam dengan < bentuk tertentu. Kerucut intan dan bola baja yang sering digunakan adalah dengan diameter = 1/6, 1/8, ¼, dan ½  inchi. Makin keras suatu logam yang akan dijui maka semakin dangkal masuknya bola baja atau kerucut baja. Begitu pula sebaliknya, karena pengukuran dalamnya penekanan terbatas pada kemampuan alat dan mengingat segi-segi praktis lainnya. Maka dibuat segi dari skala yang disebut skala A, B, dan C.

ì  Skala A
            Digunakan pada pengukuran kekerasan logam yang sangat keras dengan menggunakan kerucut intan dengan beban 60 Kg.
ì  Skala B
            Digunakan pada pengukuran kekerasan logam agak lunak dengan menggunakan bola baja berukuran 1/16 inchi dengan beban 100 Kg.
ì  Skala C
            Digunakan pada pengukuran kekerasan logam yaitu yang telah dikeraskan dengan menggunakan kerucut intan dengan penekanan 150 Kg.

     
      Keuntungan Dan Kerugian Metode Penekanan
1.      Brinell
J  Keuntungan:
            Dengan bekas penekanan yang besar, kekerasan rata-rata dari bahan yang tidak homogen dapat ditentukan.

J  Kerugian:
a.       Benda kerja dalam beberapa keadaan tidak dapat digunakan karena besarnya besar penekanan.
b. Penentuan kekerasan memerlukan waktu yang banyak oleh karena mengukur garis tengah besar tekanan dan menekan peluru adalah dua pelaksanaan yang terpidah.
      2. Rockwell
J  Keuntungan:
a. Dengan kerucut intan dapat diukur kekerasan baja yang disebuk keras.
b. Dengan bekas tekanan yang kecil kerusakan benda kerja lebih kecil.

J  Kerugian:
         Dengan bekas penekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat ditentukan untuk bahan yang tidak homogen.

2.      Vickers
J  Keuntungan:
a.   Dengan adanya penekanan pada benda yang sama kekerasan dapat ditentukan tidak hanya untuk bahan lunak tetapi juga untuk bahan yang keras.
b.   Pengukuran kekerasan lebih teliti.
c.   Kekerasan benda yang amat tipis atau lapisan permukaan benda yang  tipis dapat diukur dengan memilih gaya yang kecil.
J  Kerugian:
      Penentuan kekerasasan membutuhkan banyak waktu karena penekanan piramida dan pengukuran diagonal bekas tekanan dalah 2 pelaksanaan yang terpisah.

Penurunan Rumus
a) Cara Brinell
               Dik: r    = D/2; z = d/2
                       
                       

                        x2 = (D/2)2 – (d/2)2 = ¼ (D2-d2)
                       
                             
                        y = r – x
                         
                       
               Luar ½ Bola (A’): 

               Luas Penekanan:
                    

                    
           
              

         Harga Kekerasan Brinell:


b) Cara Vickers










   Perhatikan bidang alas ABCD dari intan yang berbentuk bujur sangkar didapat:
               AB = BC   = AC Cos 45o
                                            =
                    PQ = ½ AB =

               OP =

   Luas sebuah bidang penekanan:
               BOC = ½ BC.OR ---à OR = OP
                        =
              
                 
   Maka luas bidang penekanan:
               A = 4BOC
              

   Sehingga diperoleh nilai kekerasan:
               HV = P/A
              

JENIS-JENIS PENGERASAN
1.      Pengerasan Permukaan
      Adanya beberapa cara untuk melakukan penerasan permukaan yaitu:
J  Karburasi
            Cara ini sudah lama dikenal oleh orang sejak dahulu. Dalam cara ini, besi dipanaskan diatas suhu dalam lingkukngan yang mengandung karbon, baik dalam bentuk padat, cair, ataupun gas. Beberapa bagian dari karburasi yaitu: karburasi padat, karburasi cair, dan karburasi gas.

J  Karbonitriding
            Adalah suatu proses pengerasan [permukaan dimana baja dipanaskan diatas suhu kritis didalam lingkungan gas yang terjadi penyerapan karbon dan nitrogen.

J  Cyaniding
            Adalah proses dimana terjadi absorbsi karbon dalam nitrogen untuk memperoleh permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dipanaskan.

J  Nitriding
            Adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai + 510OC didalam lingkungan gas amonia selama beberapa waktu.

2.      Pengerasan Induksi
               Penggunaan aru listrik untuk pencairan logam, penerasan dan perlakuan panas lainnya. Arus bolak-balik berfrekuensi tinggi berasal dari pembangkit, konventer merkuri, osilator spark atau asilator tabung. Frekueni pada umumnya tidak melebihi 500.000 Hz untuk benda yang tipis digunakan frekuensi tingg, sedangkan untuk benda-benda berukuran sedang atau tebal digunakan frekuensi rendah.

3.      Pengerasan Nyala
               Dasar pengerasan nyala adalah sama dengan pengerasan induksi yaitu pemanasan yang cepat disusul dengan pencelupan permukaan, tebal lapisan yang mengeras tergantung pada kemampuan pengerasan bahan. Karena selama proses penerasan tidak ada penambahan unsur-unsur lainnya. Pemanasan dilakukan dengan nyala oksiasilaen yang dibiarkan memanasi permukaan logam sampai mencapai suhu kritis. Pada alat dipanaskan aliran air pendingin sehingga seera setelah suhu yang diinginkan tercapai , permukan langsung disemprot dengan ai. Bila dikendalikan dengan baik, bagian dalam tidak berpengaruh. Tebal lapisan yang keras tergantung pada waktu pemanasan pada suhu nyala.

4.      Pengerasan Endapan
               Pengerasan endapan hanya dapat diterapkan pada paduan dimana daya larut suatu komponen berkurang dengan menurunnya suhu. Paduan dipanaskan beberapa lama sehingga terbentuk paduan yang homogen kemudian didinginkan dengan cepat sampai suhu ruang.
                     Paduan masih berupa larutan padat yang lewat jenuh, suatu keadaan tidak stabil, Al2Cu akanmulai mengendap bila dibiarkan pada suhu ruang. Proses ini disebut proses pengerasan sepuh alamiah. Partikel yang mengendap dari larutan padat terbentuk pada batas butir dan bidang geser, menghasilkan hambatan sehingga pergeseran atau slip antar partikel/kristal berkurang. Kekerasan akan berkurang dan bertambah dengan semakin berkurangnya atau bertambahnya besar partikel diiringi meningkatnya kerapuhan dan berkurangnya kekuatan.

Uji Kekerasan Mikro
            Pengukuran gradien kekerasan pada permukaan yang dikarburasi, pengukuran kekerasan kandungan tunggal pada struktur mikro atau penentuan kekerasan pada roda gigi merupakan contoh-contoh uji kekerasan mikro.
            Pengembangan penumbuk mikro oleh biro standar rasional dan pengukuran uji tekan untuk mengontrol permukaan penekanan beban dan menyebabkan penggunaan kekerasan mikro merupakan kegiatan laboratorium yang rutin. Penumbukan knop adalah intan yang kasar dan dibentuk dengan perbandingan diagonal panjang dan pendek (T=t). Angka kekerasan knoop (KHN) adalah beban dibagi luas proyeksi kekerasan yang tidak akan kembali kebentuk semula.

            KHN = F/AP = P/L2C

            Dimana: P       = Beban yang diterapkan
                           AP    = Luas proyeksi
                           F       = Gaya yang diberikan
                           L       = Panjang diagonal indentor
                           C      = Konstanta Indentor (0,07028)

Kekerasan Meyer
            Meyer engajukan definisi kekerasan yang lebih rasional ibandingkan dengan yang diajarkan Brinell yang didasarkan pada luas proyeksi retak, buakn keras permukaannya. Tekanan rata-rata antara luas penumbuk atau lekukan adalah sama beban luas proyeksi lekukan.

           

      Meyer mengemukakan bahwa kekerasan/tekanan rata-rata ini dapat diambil sebagai ukuran kekerasan dan dinamakan kekerasan Meyer.

     

      Kekerasan Meyer mempunyai satuan Kg/mm2, kekerasan kurang peka terhadap bahan yang diterapkan dibanding kekerasan Brinell. Untuk bahan-bahan yang mengalami pekerjaan dingin kekerasan Meyer pada dasarnya tetap, sedangkan kekerasan Brinell akan mengecil bila beban bertambah. Karena lekukan yang terjadi mengakibatkan kekerasan renggang.

Cara-cara Meningkatkan Kekerasan
            Ada beberapa cara yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan suatu logam, antara lain:
      a. Perlakuan Panas
      Kekerasan dapat diperoleh dengan melakukan perlakuan panas yang disertai perdinginan yang cepat. Pemanasan diatas suhu kritis kemudian disusul pendinginan yang cepat akan membentuk fasa Martensit yang bersifat sangat keras dan getas.
      b. Penambahan Unsur Paduan
      Unsur paduan karbon paling banyak digunakan untuk meningkatkan kekerasan baja. Unsur karbon memiliki sifat sebagai pengikat molekul logam, sehingga penambahan karbon dapat meningkatkan ikatan antar molekul sehingga mengakibatkan baja tersebut kuat, tetapi menurunkan keuletan.

Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Kekerasan

Ada tiga fungsi pokok unsur-unsur paduan:
a) Sebagai subsitusi atom besi dalam larutan padat atau dalam sementit untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan, dan ketangguhan. Selain itu elemen paduan dapat dimanfaatkan guna membatasi pertumbuhan butir dan kristal selama proses transformasi atau perlakuan panas. Unsur lain ditambahkan untuk mengikat kotoran dan ketidakmurnian dalam besi seperti belerang atau nitrogen.

b) Untuk menjamin terbentuknya Martensit pada laju pendinginan yang lebih rendah daripada laju pendinginan celup air panas dari tengah logam dapat merambat kepermukaan dengan kecepatan tertentu dan bila bentuk benda tak teratur. Laju pendinginan dipusat logam terlalu lambat untuk menjamin terbentuknya Martensit. Sejumlah kecil unsur paduan (kurangdari 5%) seperti krominium, nikel, Moliblin, dan Varadium. Khususnya bila dalam kombinasi tertentu dapat mendorong pembentukan struktur martensit dipusat benda unsur paduan yang memiliki fungsi ini disebut unsur yang dapat meningkatkan kemampukerasan baja.

c)  Untuk membentuk karbida yang lebih keras dan tahan aus dari pada sementit (Fe3C) dan disamping itu, untuk mengatur penemperan martensit. Turunnya kekerasan baja karbon tanpa paduan terjadi antara suhu 300oC dan 400 oC, tetapi pada baja yang mengandung Tungston, Khrom, kobalt, dan Varadium, penurunan kekerasannya akan terjadi di sekitar suhu 650 oC. Ini berarti bahwa baja paduan jenis ini dapat dipergunakan untuk perkakas pemesinan berkecepatan tinggi. Pada prose ini perkakas dapat mengalami pemanasan setempat.

Kurva Kekerasan Vs Kadar Karbon


















            Gambar tersebut memperlihatkan nilai maksimum dari kekerasan dengan meningkatnya kadar karbon dalam baja. Nilai karbon mempengaruhi kekerasan, niali kekerasan maksimum ini hanya diperoleh apabila terbentuk 100% Martensit. Baja yang bertransformasi dengan cepat dari austenit menjadi ferit plus karbida mempunyai kemampukerasan rendah karena terbentuk (α + E) dan bukan martensit. Sebaliknya, baja yang bertransformasi sangat lambat dari austenit menjadi ferit plus karbida memiliki kemampukerasan yang tinggi dan kekerasan yang lebih tinggi dapat dicapai dipusat sepotong baja meskipun pada bagian ini laju pendinginannya lebih lambat.

Kurva Kekerasan Vs Temperatur














            Hubungan antara kekerasan dengan temperatur adalah makin tinggi suhu pemanasan maka bahan akan semakin lunak karena suhu yang tinggi tersebut menyebabkan jarak molekul akan semakin merenggang, sehingga daya ikat berkurang, dengan semakin rendahnya daya ikat antar molekul, maka bahan tersebut akan semakin ulet dan lunak. Begitupun sebaliknya, temperatur yang rendah mnyebabkan terbentuknya fasa martensit yang mempengaruhi sifat bahan dimana semakin keras dan getas.

Jenis-jenis Karburasi
1. Karburasi Padat (Fack Carburizine)
            Adalah suatu cara karburasi yang sudah dikenal cukup lama. Bahan diasumsikan dalam kotak tertutup dan ruangan disi dengan arang katu atau kokas. Prosesnya memakan waktu cukup lama dan banayk diterapkan untuk memperoleh lapisan yang tebal diantara 0,75 hingga 4 mm.

2. Karburasi Gs (Gas Carburizine)
            Antara lain dapat digunakan gas alam atau hidrokarbon atau propan (gas karbit). Cara ini diterapkan untuk karburasi bagian-bagian yang kecil yang dapat dicelupkan langsung setelah pemanasan dalam kapur. Untuk memperoleh lapisan yang lebih tipis antara 0,10 sampai 0,75 mm, digunakan cara ini.

3. Karburasi Cair (Liquid Carburazine)
            Baj dipanaskan diatas suhu AC dalam dapur garam Cyanidasehingga karbon dan sedikit nitrogen dapat berdifusi ke dalam lapisan luar. Proses ini ,mirip dengan proses Cyanida, hanya disini kulit luar mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi dari kadar nitrogen yang lebih rendah. Karburasi cair dapat digunakan untuk membentuk lapisan setebal 6,35 mm, meskipun umumnya lapisan tidak melebihi 0,64 mm. Cara ini baik untuk pengerasan permukaan benda yang berukuran kecil dan sedang.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekerasan
1. Kadar Karbon
                     Baja merupakan hasil paduan antara Fe (Besi) dengan karbon yang relatif lebih lunak. Semakin tinggi kadar karbon yang dikandung maka baja tersebut akan semakin keras dan getas. Namun dibalik tingginya kadar karbon yang dimiliki akan menyebabkan keuletan suatu logam akan menurun.

2. Media Pendingin
                     Media pendingin sangat berpengaruh terhadap struktur mikro suatu logam. Pada saat logam telah mengalami pemanasan, media pendingin dengan kecepatan pendingin yang cepat akan menghasilkan kerja yang keras. Namun baja yang keras akan menyebabkan turunnya keuletan baja tersebut.

3.      Temperatur Pemanasan
                     Temperatur pemanasan dalam tungku akan mempengaruhi struktur yang terbentuk, dimana tinggi suhu pemanasan akan menyebabkan terbentuknya strukturil yang lunak karena jaraj antara molekul semakin renggang sehingga menjadi lunak.

4. Debit
            Semakin besar volume massa media pendingin, amak semakin cepat proses pendinginannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena panas yang dapat diserap oleh media pendingin atau fluida akan lebih banayk dibandingkan volume yang kecil.

Macam-macam Unsur Paduan dan Pengaruhnya Pada Kekerasan
            Pada pengerasan logam, salah satu cara yang biasa dilakukan adalah dengan menambahkan unsur-unsur paduan seperti:
      a.   Chrom (Cr) dapat menambah kekuatan tarik dan meningkatkan ketahanan terhadap korosi dan suhu tinggi.
      b.   Mangan (Mn) menambah kekuatan dan elastisitas, kekerasan dan keuletan.
      c.   Silikon (Si) menambah kekuatan, ketahanan, terhadap asam pada suhu tinggi dan ketahanan listrik.
      d.   Nikel (Ni) meningkatkan sifat mekanis keuletan, kemampukerasan dan mengurangi sifat magnit, tahanan asam.
      e.   Molibden dan Wolfram, menambah kekuatan dan kekerasan terutama pada suhu tinggi.

Perbedaan antara Pengerasan Induksi dan Pengerasan Nyala
a. Pengerasan Nyala:
      -     Pada pengerasan ini, digunakan arus listrik untuk pencairan logam, pengerasan, dan perlakuan panas lainnya.
      -     Proses pengerasannya lebih cepat, bahkan untuk memanaskan baja sampai kedalaman 3,2 mm hanya diperlukan beberapa detik saja.

b. Pengerasan Nyala
      -     Pada pengerasanini, digunakan nyala oksiasitilen yang dibiarkan memanasi permukaan logam sampai emncapai titik kritis.
      -     Proses pengerasannya agak lebih lama daripada pengerasan induksi.



















BAB III
PENGUJIAN

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan:

A. Bahan

      Bahan yang digunakan adalah baja dengan ukuran:
-          panjang = 12,5 mm
-          diameter = 9mm









      Spesimen sebelumnya telah melalui proses perlakuan panas dan kemudian melalui pendinginan air garam, air, udara, oli, dan tungku.

B. Alat yang Digunakan

      Alat yang digunakan yaitu:
-          Kikir, gunanya untuk meratakan permukaan benda uji.
-          Amplas, gunanya menghaluskan permukaan benda uji.
-          Alat penguji kekerasan Brinell, Rockwell, Vickers.
-          Catok, gunanya menjepit benda kerja pada saat dikikir.

3.2 Prosedur pengujian

   1.   Menyiapkan spesimen yang telah diberi perlakuan panas dengan dimensi yang telah digunakan.
   2.   Bahan uji diratakan permukaannya dengan alat kikir dan amplas.
   3.   Bahan uji diletakkan di atas landasan pada alat penekan.
   4.   Landasan dinaikkan sehingga permukaan spesimen bersentuhan dengan uung dari kerucut dan kemudian mengatur jarum skala penunjukan sampai pada posisi nol lalu diberi beban.
   5.   Pengukuran bekas penekanan dapat dibaca langsung pada skala dan dicatat pada tabel yang tersedia.
   6.   Mengulangi langkah diatas untuk setiap bahan uji dengan media pendingin yang lain.





3.3 Data dan Pengolahan Data:

A. Data:
            P = 150 g
            D = 10 mm
            F = 150 x 9,81 = 1471, 5 N

B. Pengolahan Data:
      1.   Pengolahan data untuk spesimen yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin air garam.
            a. Kekerasan Brinell
                     h = (130 – HRB) x 0,002
                        = (130 – 84) x 0,002
                        = 0,092 mm
                    
                     c             = 0,6
                     t  = c + h
                        = 0,6 + 0,092
                        = 0,692

                     HB    = = = 67, 72 N/mm2
           
            b. Kekerasan Vickers
                     HV = 230 + ( 98 – 96,7 ) (240-230/98.1 – 96,7)
                           = 230 + (1,3)(7,14)
                           = 239,28 Kg/mm2

            c. Kekerasan Rockwell
                     HR    = P2 = 98
                      H = (100 – HRC) x 0,002
                           = (100 – 98 ) x 0,002
                           = 0,004
2.   Pengolahan data untuk spesimen yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin air.
            a. Kekerasan Brinell
                     h = (130 – HRB) x 0,002
                        = (130 – 81) x 0,002
                        = 0,098 mm
                    
                     c             = 0,6
                     t  = c + h
                        = 0,6 + 0,098
                        = 0,698

                     HB    = = = 67, 14 N/mm2
           
            b. Kekerasan Vickers
                     HV = 180 + ( 89 – 87.1 ) (190-180/89.5 – 87.4)
                           = 180 + (1,9)(4,16)
                           = 187,904 Kg/mm2

            c. Kekerasan Rockwell
                     HR    = P2 = 89
                      H = (100 – HRC) x 0,002
                           = (100 – 89 ) x 0,002
                           = 0,022
3.   Pengolahan data untuk spesimen yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin udara.
            a. Kekerasan Brinell
                     h = (130 – HRB) x 0,002
                        = (130 – 79) x 0,002
                        = 0,102 mm
                    
                     c             = 0,6
                     t  = c + h
                        = 0,6 + 0,102
                        = 0,702

                     HB    = = = 66, 76 N/mm2
           
            b. Kekerasan Vickers
                     HV = 200 Kg/mm2

            c. Kekerasan Rockwell
                     HR    = P2 = 95
                      h   = (100 – HRC) x 0,002
                           = (100 – 95 ) x 0,002
                           = 0,01

4.   Pengolahan data untuk spesimen yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin oli.
            a. Kekerasan Brinell
                     h = (130 – HRB) x 0,002
                        = (130 – 77) x 0,002
                        = 0,106 mm
                    
                     c             = 0,6
                     t  = c + h
                        = 0,6 + 0,106
                        = 0.706

                     HB    = = = 66, 38 N/mm2
           
            b. Kekerasan Vickers
                     HV = 150 + ( 79 – 78,7 ) (160-150/81,7 – 78,7)
                           = 150 + (0,3)(9.63)
                           = 152.88 Kg/mm2

            c. Kekerasan Rockwell
                     HR    = P2 = 79
                      H = (100 – HRC) x 0,002
                           = (100 – 79 ) x 0,002
                           = 0,042

5.   Pengolahan data untuk spesimen yang dipanaskan sampai 800oC dengan media pendingin tungku.
            a. Kekerasan Brinell
                     h = (130 – HRB) x 0,002
                        = (130 – 65) x 0,002
                        = 0,13 mm
                    
                     c             = 0,6
                     t  = c + h
                        = 0,6 + 0,13
                        = 0,73

                     HB    = = = 64, 19 N/mm2
           
            b. Kekerasan Vickers
                     HV = 120 + ( 71 – 66,7 ) (130-120/71.2 – 66,7)
                           = 120 + (4,3)(2,22)
                           = 129.546 Kg/mm2

            c. Kekerasan Rockwell
                     HR    = P2 = 71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar