BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan metalografi pada dasarnya
mempelajari karakteristik struktural dan susunan dari suatu logam atau paduan
logam. Biasanya tidak melalui suatu keseluruhan potongan disebabkan oleh
pembawaan hydrogen atau logam.
Dewasa ini terdapat berbagai jenis
bahan yang digunakan pada proses manufaktur. Namun, sebelum diketahui atau
digunakan dalam industri atau bagian-bagian yang lain, karakteristik structural
atau susunan dari logam atau paduannya yang akan dipakai atau ditawarkan pada
industri untuk keperluan lainnya.
Dari hal inilah, orang mulai mencoba
untuk melakukan uji mmetalografi pada suatu material. Sehingga dengan cara ini
dapat diperoleh bahan dengan sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan tertentu
untuk memenuhi nkebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Untuk itu, pengujian metalografi
sangat berguna dalam berbagai dunia industri, terutama pada industri logam dan
otomotif. Karena kebutuhan akan logam ini semakin meningkat, maka banyak
industri manufaktur menyuplai bahan logam yang ada di pasaran san telah melalui
berbagai proses pengujian bahan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Pengujian
A.
Tujuan Pengujian
Setelah melakukan pengujian metalografi praktikan dapat :
1.
Menjelaskan tujuan dari proses
metalografi.
2.
menjelaskan langkah-langkah
pengujian Metalografi.
3.
Mengetahui bahan dan alat yang
digunakan pada pengujian metalografi.
4.
Mengetahui bentuk-bentuk fasa
dari logam.
5.
menganalisa ukuran butir dan
membbandingkan dengan grain size ASTM.
6.
Menjelaskan hubungan antara
struktur mikro dan karakteristik butir terhadap bahan.
7.
Mampu melakukan pengujian
metalografi.
B.
Manfaat Pengujian
1.
Bagi Praktikan
·
Dapat mengetahui dampak
perlakuan panas dan media pendingin terhadap karakteristik logam.
·
Dapat melihat perbedaan setiap
fasa logam yang diuji.
·
Dapat mengoperasikan mikroskop
untuk pengamatan pada bahan yang lain.
2.
Bagi Industri
·
Dengan pengujian metalografi,
dapat diketahui suatu logam atau paduannya yang mempunyai kekuatan yang tinggi
dan ekonomis.
·
Dapat diperoleh bahan dengan
sifat-sifat yang sesuai dengan kebutuhan industri.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
Pengetahuan metalografi pada dasarnya
bertujuan untuk mempelajari struktur logam atau paduannya dalam hubungannya
dengan sifat fisik dan mekanik.
Pada metalografi yang diperoleh
dengan suatu analisa kimia dan metalografi logam atau paduannya dan
potongannya. Disebabkan oleh pembawaan heterogan dari logam tersebut. Pembawaan
ketidak homogenan dalam suatu logam lebih detentukan dengan macroetching dan
pemasarannya dapat dilakukan dengan menggunakan luas power mikroskopis, ini
dinotasikan oleh jenis metalografi data yang diperlukan atau dibutuhkan.
Pengamatan microetching dapat
memberikan gambaran kondisi dalam metal yang berhubungan dengan satu arah
lebih. Untuk hal-hal sebagai berikut:
a.
Crystalin Heterogencity, hadir
dan meluas yang tergantung pada jalannya solidifikasi akan tumbuhnya krystalin
dari logam atau paduannya.
b.
Chemicalin Heterogencity,
disebabkan oleh tidak berisinya logam atau paduannya dan lokasi pemisahan dari
susunan kimia tertentu. Pemisahan serupa dapat dengan sengaja (karbon dalam
permukaan baja selama proses karburasi)
c.
Mechanical heterogencity,
timbul dari Coldworking atau setiap proses yang menimbulkan teganga-tegangan
permanent dalam logam yang dituangi.
Selama proses makro suatu logam atau
paduannya terdiri dari tiga langkah.
1.
Mendapatkan sample logam yang
sesaat untuk tujuan pemeriksaan.
2.
Menyiapkan microetching
terhadap penampang yang boleh disiapkan atau belum disiapkan agar tidak
mengalami kesulitan nanti
3.
Menyiapkan secara hati-hati
permukaan yang akan dietsa dan kemudian diperiksa (tidak selalu layak atau
perlu)
Pemakaian macroetcing yang tergantung
pada tiga factor penting yaitu:
1.
Koreksi permukaan logam yang
akan dietsa, yaitu apakah tidak kasar, licin, atau dipoles.
2.
Komposisi kimia dari etsa yang
dipilih
3.
Lama waktu specimen yang dietsa
kebanyakan bagian penting dari sejumlah metalografi
Reaksi-Reaksi
Pembentukan Fasa
Reaksi Austenit –
Martensit
Daerah austeniot yang telah
bertransformasi menjadi martensit, membentuk lentikuler yang mudah dikenal
adalah dietsa atau distorsi yang ditimbulkannya pada permukaan logam yang
dipoles. Hal ini membuktikan bahwa jarum martensit terbentuk akibat proses
geser dan bukan proses difusi ataom karena regangan yang regangan yang besar
yang mengiringi perubahan volume transforasi tidak timbul. Luar martensit
terbentuk tenkuler merupakan akibat dari tegangan yang timbul dalam matrisk
oleh transformasi dengan mekanisme geser dan setara dengan efek serupa.
Reaksi
Pembentukan Ferit dan Perlit
Pada proses pemanasan system besi
karbon, besi murni bertambah 2 kali strukturnya sebelum mencair. Besi berubah
dari kpr menjadi kps pada temperature 912oC dan perubahan ini
berbalik pada temperature 1374oC dan terbentuk KPR lagi (besiα). Austenit akan fasa g merupakan larutan padat dari karbon dalam besi
KPR. Bila didinginkan sampai mencapai suhu dibawah 912 oC atau akan
membentuk KPR, struktur ini disebut ferrit atau besi a dan merupakan larutan
padat karbon dan besi a.
Bila pendinginan berlangsung terus
baja menjadi magnetis sampai batas sedikit diatas batas kritis. Ferrit yang
terbentuk bertambah pada saat itu austenit yang masih ada akan bertransformasi.
Austenit sudah mengandung modul perlit yang halus, pada austenit homogen nukleasi
selalu terjadi pada batas butir ketika modul bertambah besar permukaan kontak a dan b berambah.
Selama proses pendinginan sampai
terbentuk perlit, austenit bertrasformasi dengan nukleasi pertumbuhan ferrit
sampai pada batas temperature transisi. Namun pada saat pembentukan ferit
masung mengandung komposisi austenit dalam jumlah sedikit. Pada kondisi ini
bila pendinginan berlangsung terus maka ferit + austenit transisi akan
bertransformasi menjadi ferit, bainit dan martensit tergantung pada
pendinginannya.
Reaksi
Pembentukan Bainit
Penelitian
pada transformasi isothermal dalam baja 1080 menunjukkan bahwa berbeda untuk suhu di
atas dan di bawah kurva T-T. Di atas suhu tersebut nukleasi terbatas pada batas
butir austenit bermula. Di bawa Rx
tertunda karena pergerakan atom yang lamban, akan tetapi logam yang mengalami
pendinginan lanjut dengan mudah membentuk a dan S yang
bernukleasi pada titik-titik cacat dalam butir-butir austenit menghasilkan
bainit.
Reaksi
pembentukan Sementit, Austenit, Ladeburit.
- Austenit dinamakan juga fasa γ atau besi γ merupakan larutan padat antara karbon dan besi dengan sel satuan FCC. Untuk paduan Fe3C, austenit hanya dapat stabil di atas temperature 723oC tetapi untuk baja paduan Mangan, austenitdapat terjadi secara stabilpada temperature kamar tergantung pada kandungan Ni atau Mn. Sifat austenit sama dengan ferit yaitu bersifat lunak..
- Ferit terjadi dibawah temperature 723oC, pada temperature ini terjadi pengintian sementit. Pada temperature 723oC mulai terbentuk fasa perlityang sebenarnya terjadi dari 2 fasa yaitu sementit dan besi α dari austenit sebelum fasa eutectoid yang disebut pra eutectoid sementit.
γ (kps) didinginkan menjadi γ +
C (Sementit + karbida)
- Ladeburit terbentuk pada suhu antara 723oC sampai ladeburit terbentuk bersama dengan sementit dari 1130oC.
α + sementit + ladeburit
γ (kps) didinginkan menjadi C + ladeburit
Diagram TTT
(Time-Temperatur-Transformasi)
Gambar : kurva pendinginan pada diagram TTT
(time-temperature-transformation)
Diagram TTT juga disebut diagram S atau diagram
transformasi isothermal. Dengan diagram ini dapat dilihat perubahan struktur
bila logam dibiarkan pada suhu konstan tertentu.
Untuk memperoleh struktur martensit, baja harus
dicelupkan dengan cepat sehingga kurva pendinginan tidak memotong kurva
transformasi.
Pada kedua kurva TTT jelas bahwa sedikit di bawah
temperatur kritis A, laju transformasi rendah meskipun pada transformasi ini
mobilitas atom cukup tinggi. Hal ini disebabkan setiap perubahan fasa yang
timbul akibat factor permukaan ddan energi regangan. Jika temperatur dibawa ke lutut kurva, laju
transformasi meningkat. Terjadinya kelambanan pada
proses ini disebabkan pada waktu pembentukan bainit temperatur agak rendah. Pada bagian temperatur 250°C - 300°C
ternyata transformasi berlangsung sangat cepat. Untuk diagram fasa TTT hanya
dapat diperlakukan pada baja karbon rendah. Jika baja dicelup pada daerah di
bawah 200°C maka akan terbentuk martensit seiring baja tersebut dicelup dalam
media pendingin ini, dan pada suhu kritis terbentuk austenit stabil yaitu atom
mulai bergerak secara acak. Bentuk umum dari kurva transformasi-waktu-suhu
berbeda untuk jenis baja.
Perlu diketahui bahwa bentuk
dari kurva waktu-suhu-transformasi berbeda untuk jenis baja yang berlainan.
Tergantung pada kadar karbon unsur paduan,dan faktor besar butir austenit. Untuk itu agak sulit untuk membentuk martensit pada pencelupan baja
lipoeutektoid. Baja karbon dengan komposisi eutectoid lebih mudah dikeraskan.
Diagram Fasa Fe-Fe3C
Diagram
fasa ini menjadi landasan untuk laku panas. Bila bagian 0%-1% karbon pada
gambar ditutupi, maka kita akan mendapatkan diagram fasa sebelumnya. Komposisi
eutectik terdapat pada 4,3% (berat) karbon (17% atom) dan suhu eutctik ini
karena rata-rata mengandung 2,5%-4% C. Titik cair relati rendah dan besi cor
mempunyai karakteristik coran dan proses yang baik.
Diagram Fe-Fe3C
g yang hanya besi dapat menampung 2,1% (berat) (9%
atom) karbon. Atom karbon ini larut secara difusi dalam besi-baja berdasarkan
fasa larutan padat ini. Karena baja mengandung kurang dari 1,2% karbon, baja
dapat mempunyai fasa tunggal pada proses penempaan atau pengerjaan panas
lainnya yaitu di daerah sekitar 4100oC-1270oC. pada
daerah yang kaya besi (799% Fe dan <1% C). Diagram Fe-Fe3C
berbeda dengan diagram lainnya yang pernah dibahas. Perbedaan ini timbul karena
besi adalah polimer dengan fasa kpf dan kps. Karena kita tidak mempelajari
pencairan dan solidifikasi baja secara khusus. Diagram antara suhu 700oC-900oC
dan daerah karbon antara 0oC-1oC bagian inilah yang
terpenting bagi ahli teknik karena mikrostruktur baja dapat diatur dan
disesuaikan dengan keinginan.
2.2.Teori pengamplasan,
pemolesan, dan etsa
- pengamplasan
pengamplasan adalah sutau proses pengerjaan logam dengan
tujuan mengurangi kerusakan permukaan yang terjadi dari proses pemotongan
dengan gergaji. Pengerjaan pengamplasan
sebaiknya dilakukan dengan 1 arah agar diperoleh permukaan logam yang baik.
Amplas yang digunakan mulai dari yang kasar sampai yang halus.
- pemolesan
pemolesan adalah suatu proses pengerjaan yang bertujuan untuk
menghilangkan bagian-bagian yang terdeformasi yang timbul dari hasil
langkah-langkah sebelumnya.
Pemolesan dilakukan dengan tangan dimana arah tegak lurus dengan
arah pengamplasan. Selama proses pemolesan dianjurkan agar specimen digerakkan
kedepan dan kebelakang seperti partikel
mengalami absorbsi dapat didistribusikan secara merata diatas piringan
pemolesan. Selain itu pemolesan dilakukan berputar untuk mencegah efek komet,
setiap selesai pemolesan, specimen di cuci dengan menggunakan alcohol dan
dikeringkan dengan mengguanakan udara.
- etsa
Etsa
adalah suatu proses pencelupan specimen dengan tujuan memperoleh specimen yang
bersih. Etsa biasanya dilakukan diatas bagian yang telah diamplas, dan dipoles.
Umumnya
reaksi yang sesuai untuk etching metalografi specimen terdiri dari organic dan
anorganik acid serta alkolis. Dari beberapa sifat dan wujud yang kompleks dalam
larutan dengan beberapa bahan pelarut seperti air, alcohol, gliserin, atau
campuran pelarut-pelarut lain.
Aktivitas
dan perilaku umum dari etsa metalografi mempunyai hubungan dengan salah satu
karaktersitik sebagai berikut:
a.
Hidrogen Ion concentration
b.
Hidrocid Ion concentration
c.
Kemampuan sifat memadai yang diterima salah satu atau lebih
kemampuan structural.
Etsa
biasanya dilakukan pada permukaan specimen yang telah disiapkan dengan cara
pencelupan atau dibasahi. Waktu etsa
suatu specimen adalah penting dalam penentuan pilihan etsa yang digunakan.
Reagen etsa yang biasa dipakai
diantaranya:
a.
Asam Nitrat
Komposisinya : Asam Nitrat 2 ml, Alkohol (95%) 98 ml
Pemakaiannya :
Untuk baja karbon, baja paduan rendah dan sedang.
Waktu mengetsa :
beberapa detik sampai satu menit
b.
Asam Pikral
Komposisinya : Asam Pikral 4 gr, Alkohol (95%) 96 ml
Pemakaiannya :
Untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakkan, dikeraskan (disepuh) atau
distemper.
c.
NaOH + H2O2
Komposisinya : NaOH sebagai dasar H2O2 beberapa tetes.
Pemakaiannya :
Untuk tembaga dan paduannya
Waktu mengetsa : Sampai
warna abu-abu
Langkah-langkah mengetsa:
a.
Diteteskan beberapa tetes reagen etsa kedalam cawan.
b.
Dicelupkan permukaan specimen yang akan diperiksa pada reagen
etsa. Specimen dijepit dengan tang kecil. Waktu pencelupan beberapa detik
sampai warna abu-abu.
c.
Dibersihkan dengan air bersih yang mengalir dan selanjutnya
dibersihkan dengan alcohol.
d.
Specimen dikeringkan dengan menggesekkan kapas bersih dan
disemprot dengan udara panas, selanjutnya specimen diperiksa struktur mikronya
di bawah mikrsoskop.
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1. Penentuan Persen Fasa (Spesimen Dengan
Media Pendingin Air Garam)
Ctt : titik yang mengenai fasa tertentu dihitung satu dan
yang mengenai tepi fasa
dihitung 1/2.
Jumlah titik total yang digunakan untuk penentuan yang cukup
akurat
setidaknya 100 titik.
Ø
Penentuan
Persan Fasa Ferit
Ø
Penentuan
Persen Fasa Perlit
4.2 Penentuan Ukuran Butir
Ukuran
butir dinyatakan dengan besaran tertentu, misalnya standar dari ASTM, yaitu
ASTM Grain Size Number (n) yang dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan :
n = ASTM Grain Size Number (1-10)
N = Jumlah Butiran Per inci Kuadrat.
Ukuran butir
dapat ditentukandengan menggunakan metode lingkaran Hilliard sebagai berikut :
Dimana : G =
Besaran Butir ASTM
LT =
Total Keliling Lingkaran
= p x d (Cm)
P =
Total Jumlah Perpotongan Lingkaran dengan Butiran
M =
Pembesaran (diketahui)
·
LT = p x d
= 3,14 x 6,4 = 20,1 Cm
·
P = 28 Butiran
·
M = 400 X
Jadi:
G
G
N
N
BAB V
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Analisa grafik Fe-Fe3C
Diagram fasa Fe – Fe3C
menjadi landasan untuk laku panas kebanyakan jenis baja yang kita kenal. Bila
bagian 0%-1% karbon pada diagram Fe-Fe3C ditutupi, kita mendapatkan
diagram yang mirip dengan diagram fasa sebelumnya. Komposisi eutektik terdapat
pada 4,3% ( berat ), karbon ( 17% atom) dan suhu eutektik ini karena rata-rata
mengandung 2,5-4% karbon. Titik cair relatif rendah dan besi cor mempunyai
karakteristik coran dan proses yang baik. Yang kaya besi dapat menampung 2,1%
(berat) atau 9% (atom) karbon. Atom-atom karbon ini larut sampai interistisi
dalam besi KPS. Baja berlandaskan fasa larutan padat ini karena baja mengandung
kurang dari 1,2% karbon, baja dapat mempunyai fasa tunggal pada proses
penempaan atau pengerjaan panas lainnya, yaitu di daerah sekitar 1100°C sampai
1250°C. Pada daerah yang kaya Fe diagram ini berbeda dengan diagran lainnya
yang telah pernah di bahas. Perbedaan ini timbul karena besi adalah polimorf
dengan fasa kpr dan kps.
Karena kita tidak mempelajari
pencairan dan solidifikasi baja secara khusus disini, kita lewatkan ciri-ciri
daerah karbon kadar rendah diatas suhu 1400°C. Perhatian kita terutama
ditujukan pada bagian diagram antara 700°C-900°C dan daerah karbon antara
0%-1%. Bagian inilah yang terpenting bagi ahli teknik karena mikrostruktur baja
dapat diatur dan disesuaikan dengan keinginan.
5.2. Analisa Foto Struktur
A. Spesimen Normal
Fasa yang terbentuk :
1.
Ferit (besi ά )
Pada foto specimen, warna yang lebih terang adalah
ferit, dan butirannya besar dan fasa yang ada merupakan larutan padat
intrerself (sel antara) dengan atom karbon yang sangat liat dengan kata lain
karbon dalam ferit sangat rendah yaitu 0,05 %, sampai pada suhu 7230C
dan pada suhu kamar 0,08 % memioliki se satuan kubus (BCC) dan berada di bawah
temperature 9,2oC. Pada diagram besi karbida sifatnya lunak dan
tahan korosi.
2.
Perlit
Perlit yang terbentuk terdiri dari :
Perlit yang terbentuk strukturnya besar dengan sifat
keras, getas, butirannya besardan kasar. Biasanya terbentuk di bawah suhu 723o
C.
Ferit : bentuk strukturnya kesil dengan sifat keras,
getas, butirannya kecil, dan halus, terbentukakibat pendinginan yang cepat.
Selain itu juga dari gambar dapat kita lihat bahwa
ukuran butiran-butirannya kecil serta terdapat celah-celah kecil diantara
butir-butir tersebut.
B. Spesimen Dengan Media Pendingin
Air Garam
Dari gambar foto specimen dengan
media pendingin air garam kita dapat melihat butiran-butirannya berukuran lebih
besar jika dibandingkan dengan gambar struktur butir normalnya. Selain itu juga
tidak terdapat celah diatara butiran-butiran tersebut, ini terjadi karena ukuran
butir-butir yang membesar yang mengakibatkan butiran-butiran tersebut saling
berdesak-desakan sehingga tidak terdapat celah diantara butir-butir tersebut.
Dari gambar foto specimen dengan
media pendingin air garam kita dapat melihat warna sturktur butir dominan
berwarna gelap. Dimana seperti yang kita ketahui warna gelap dari butir adalah
fasa pearlit yang bersifat keras dan getas. Dan karena bentuk dari butir yang
besar serta berdesak-desakan antara yang satu dengan yang lain sehingga
kekerasan specimen inipun meningkat.
Bentuk atau keadaan struktur seperti
ini dengan sifat-sifatnya kita ketahui sebagai
fasa martensit yang keras dan getas namun memiliki kekuatan yang rendah
serta sifat elastis yang rendah pula.
5.3. Pembahasan
Metalografi Kuantitatif
Dari hasil
pengujian dan hasil gambar foto yang didapat kita dapat melihat ukuran butir
membesar sebagai akibat dari pemberian perlakuan panas yang kemudian
didinginkan secara cepat dengan menggunakan media pendingin air garam.
Akibat dari
perlakuan panas dengan pendinginan yang cepat fasa pearlit secara kuantitatif
akan lebih banyak atau dominant daripada fasa ferit. Atau dengan kata lain
akibat dari laju pendinginan secara cepat mempengaruhi pembentukan kembali fasa
ferit.
Semakin lambat laju
pendinginan maka fasa ferit yang pada saat pemanasan bertransformasi menjadi
perlit akan mudah bertransformasi kembali menjadi fasa ferit. Oleh karena itu
perlakuan panas yang diberikan kepada specimen yang kemudian didinginkan secara
cepat akan memiliki fasa perlit yang dominant sebagai akibat dari tidak
sempatnya fasa perlit tersebut bertrasformasi kembali menjadi fasa ferit.
Kita dapat
menentukan jumlah fasa secara kuantitatif
yang terjadi dari suatu specimen yang telah diberi perlakuan panas
dengan kecepatan pendinginan tertentu. Dimana kita tahu kecepatan pendinginan
yang mempengaruhi sedikit dan banyaknya fasa-fasa tertentu. Hal ini dilakukan
dengan pertama-tama membuat foto gambar sturktur dari suatu specimen kemudian
dibuat titik-titik yang simetris dengan jumlah tertentu pada gambar foto
specimen tersebut. Dimana titik yang tepat mengenai fasa tertentu dihitung 1
(satu) dan mengenai tepi fasa dihitung ½ (setengah) untuk masing-masing fasa
yang ada. Kemudian persentase jumlah fasa tertentu dapat ditentukan dengan
rumus berikut:
jumlah titik pada fasa tertentu
|
Jumlah
titik total
|
Persen fasa tertentu = x 100 %
Kemudian untuk menghitung ukuran butir serta jumlah
butiran per inci kuadrat dapat kita tentukan dengan pertama-tama membuat
lingkaran pada kotak titik-titik yang digunakan untuk menghitung persen fasa.
Kemudian dihitung jumlah garis dari tepi fasa yang mengenai lingkaran tersebut.
Rumus yang digunakan untk menghitung ukuran butir dan jumlah butiran perinci
kuadrat adalah sebagai berikut:
Untuk menentukan ukuran butir
G =
Dimana : G = Besaran butir ASTM
= Total keliling lingkaran = (cm0
P = Total jumlah perpotongan keliling
Lingkaran dengan butiran
M = Pembesaran gambar foto
Untuk menentukan jumlah butiran perinci kuadrat
N=
Dimana : n = ASTM Grain Size Number (1-8) = G
N = Jumlah butiran perinci kuadrat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1.
Karakteristik struktur logam
atau paduan logam memiliki sifat fisis dan mekanis yang berbeda tergantung dari
jenis perlakuan panas dan proses pendinginannya.
2.
Kekuatan dan keuletan suatu
material yang telah mengalami proses perlakuan panas akan dipengaruhi jenis
media pendingin yang digunakan. Urutan ketangguhan bahan menurut media
pendinginnya yaitu : air garam, air, solar, oli dan udara.
3.
Fasa-fasa yang terbentuk adalah
: Ferit, sementit, perlit, martensit,austenit, bainit dan ladeburit.
4.
Struktur butir suatu material
yang telah mengalami proses perlakuan panas sangat ditentukan oleh jenis media
pendingin yang digunakan.
5.
Pengujian metalografi bertujuan
untuk mengetahui struktur yang terbentuk dari pengamatan struktur mikro pada
foto dari perbesaran miokroskop untuk material yang telah mengalami perlakuan
panas dan didinginkan dengan beberapa media pendingin yang berbeda densitasnya.
6.2
Saran
Harap agar
prosedur pengambilan gambar dapat diperjelas dengan menjalaninya.
DAFTAR PUSTAKA
Pengetahuan Bahan
Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence
H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta .
1.1 Latar Belakang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar